Bisnis.com, JAKARTA - Studi dari Organization for Economic Cooperation and Development (OECD) melaporkan bahwa para pekerja semakin khawatir atau ketar-ketir terkena pemutusan hubungan kerja (PHK) akibat masifnya penerapan teknologi kecerdasan buatan atau artificial-intelligence (AI), seperti ChatGPT.
Berdasarkan dari survei yang melibatkan 2.000 pengusaha dan 5.300 pekerja di sektor manufaktur dan keuangan di tujuh negara anggota OECD, pengguna awal AI enggan untuk memberlakukan PHK karyawan.
Namun, menurut OECD, ekonomi dunia berada dalam tahap paling awal adopsi kecerdasan buatan tersebut. Bagaimanapun, potensi PHK masih besar karena sebagian semua industri dan profesi terpapar.
Baca Juga
Dalam survei tersebut, tiga dari lima pekerja khawatir bahwa mereka akan kehilangan pekerjaan sepenuhnya dalam dekade mendatang. Di lain sisi, tiga perempat dari responden mengatakan bahwa AI meningkatkan intensitas kerja.
“Akselerasi perkembangan dan alat terkait AI generatif baru-baru ini menandai titik balik teknologi dengan implikasi material di banyak tempat kerja,” ucap Sekretaris Jenderal OECD Mathias Cormann, sesuai dengan pemberitaan Bloomberg, Selasa (11/7/2023).
OECD juga mengatakan bahwa organisasi internasional dan regulator harus merespon dengan kerja sama yang lebih besar dan kerangka kerja yang lebih besar mengenai cara kerja AI.