Bisnis.com, JAKARTA-Anak usaha PTPN III, PT Sinergi Gula Nusantara (PT SGN) menepis tudingan terkait ulah membuat harga gula petani jatuh. PT SGN mengklaim perseroannya justru membuat harga gula petani lebih baik dibandingkan yang ditentukan perusahaan swasta.
Direktur Utama PT SGN Aris Toharisman mengatakan pihaknya akan berupaya semaksimal mungkin agar harga gula petani membaik. Dia mencontohkan, pada 13 Juni 2023 gula petani yang dibeli swasta hanya di kisaran Rp11.900 per kilogram (kg). Sebaliknya, PT SGN membelinya Rp12.000 lebih.
“Jadi saya sudah mendengar itu [tudingan menjatuhkan harga], tapi itu lebih fair lagi kalau itu ditanyakan kepada langsung kepada petani yang kirim tebunya ke SGN. Jadi pandangan itu tidak benar menurut saya,” ujar Aris kepada Bisnis, Rabu (5/7/2023).
Arif menungkapkan PT SGN sendiri tidak membeli gula atau tebu petani, tetapi PT SGN hanya memfasilitas penjualan gula produksi petani.
“Silahkan terjemahkan sendirii, tapi itu faktanya. Kami tidak beli gula petani kok bisa dituduh kami menjatuhkan harga, Rp1 pun tidak ada kami membeli gula petani, dan tebu petani. Kami hanya menggillingkan tebu mereka, hasil gulanya dikembalikan ke petani, silahkan dijual,” jelas Aris.
Lebih lanjut, Sekjen Asosiasi Gula Indonesia (AGI) itu mengatakan bahwa pihaknya juga tidak bisa memaksa petani untuk menjual gula kepada SGN. Sebab, kata dia, petani kerap membutuhkan dana taktis untuk operasional pertaniannya.
Baca Juga
“Tapi kalau menyangkut kebutuhan petani cashflow untuk operasionalnya, kami tidak bisa menahan petani untuk tidak menjual gulanya, jadi petani istilahnya kalo mau jual gula jual gulanya sendiri. Kalau kita yang mencarikan pembelinya, kita sudah dapat harganya, kita kembalikan ke petaninya, ini harganya nawar sekian, itu terserah petaninya,” ujar Aris.
Sebelumnya, Sekjen Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) M. Nur Khabsyin mengatakan PT SGN kerap mempraktikan penjualan gula sistem forward sale atau sistem ijon. Dalam sistem tersebut, PT SGN menjual gula dengan harga di bawah harga pasar.
"Semisal PTPN III melakukan transaksi di bulan Mei, tapi pengiriman barangnya di bulan Juni dengan harga di bawah harga pasar. Ini merupakan bentuk praktik pemburu rente dan sangat merugikan petani. Akibat sistem ijon tersebut saat ini gula tani hanya laku Rp12.000 per kg, padahal bulan Mei laku 12.440 per kg," tutur Khabsyin.
Menurut dia, mayoritas tebu yang digiling PT SGN diperoleh dari petani. Oleh sebab itu, PT SGN sejatinya merupakan mitra petani.
“Harusnya mitra, tapi tidak seperti mitra. Di satu sisi dia itu BUMN, harusnya menstabilkan harga. Kalau dia jual murah otomatis rugi kan. Saya justru heran. Kenapa harga pasar lagi mahal ini dijual murah. Pertama merugikan BUMN dan merugikan petani,” tutur Khabsyin.
Dia menuturkan, swasembada gula tidak akan tercapai jika harga gula petani tetap rendah. Meski Badan Pangan Nasional (Bapanas) menetapkan minimal Rp12.500, Nur Khabsyin mengatakan ketetapan tersebut saat ini sulit terealisasi saat ini.
“Per kemarin aja di lelang harga gula petani Rp12.300, artinya masih di bawah ketetapan Bapanas,” ucap Nur Khabsyin.