Bisnis.com, JAKARTA - Keputusan China untuk membatasi ekspor dua logam bahan baku chip menunjukan China memiliki kekuatan untuk membalas langkah AS, Jepang, dan Eropa. Namun hal ini bisa menjadi bumerang bagi Negeri Panda tersebut.
Mengutip Bloomberg, Rabu (5/7/2023), tindakan pembatasan ekspor dua logam China bisa menjadi pedang bermata dua. Hal ini bisa saja mempercepat upaya berbagai negara mengurangi ketergantungan pada China.
Sebagai contoh, jika suatu saat aturan baru ini diterapkan untuk membatasi pengiriman dan memotong pasokan ke negara lain, maka harga kemungkinan akan naik. Namun, harga akan lebih ekonomis jika meningkatkan produksi di Jepang, Kanada, AS atau lainnya.
“[Aturan baru tersebut] akan menjadi akselerator bagi negara-negara termasuk Taiwan, Korea Selatan, dan Jepang untuk mengurangi ketergantungan kita pada pasokan mineral dan bahan kritis China.” ucap wakil menteri luar negeri Taiwan, Roy Lee.
Langkah tersebut kemudian menggarisbawahi dilema yang dihadapi Presiden Xi Jinping, disaat berusaha melawan upaya AS untuk mencegah China mengakses chip untuk mendominasi teknologi AI dan komputasi kuantum.
Profesor ilmu politik National University of Singapore Ja Ian Chong mengatakan langkah China ini adalah bagian dari aksi saling balas dengan AS dan sekutunya.
Baca Juga
"Mungkin akan ada kejutan awal pada pasar dan perusahaan-perusahaan, namun seiring waktu, jika pembatasan ini terus berlanjut, pasar dan perusahaan-perusahaan akan menyesuaikan diri,” ujarnya.
Dua logam yang dimaksud tersebut adalah delapan produk galium dan enam produk germanium. China diketahui memproduksi sebagian besar galium dan germanium dunia.
Mengutip Reuters, Selasa (4/7) Kementerian Perdagangan China akan mengontrol ekspor dua logam tersebut mulai 1 Agustus untuk melindungi keamanan nasional.
Analis Jeffries mengatakan bahwa langkah tersebut menimbulkan pertanyaan apakah langkah ini ditujukan kepada kunjungan Menteri Keuangan AS Janet Yellen pada pekan ini, dan apakah perjalanan tersebut dapat dibatalkan.
Sebagai catatan, pada 2022 importir utama produk galium China adalah Jepang, Jerman, dan Belanda. Kemudian, importir utama produk germanium adalah Jepang, Prancis, Jerman dan AS.