Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pesimis! Suharso Ungkap 10 Program Jokowi yang Gagal Capai Target 2024

Menteri PPN/Kepala Bappenas Suharso Monoarfa mengungkap alasan 10 program Jokowi yang gagal capai target pada 2024
Menteri PPN/Kepala Bappenas Suharso Monoarfa saat menemui awak media di Indonesia Development Forum 2022 di Movenpick Jimbaran, Bali, Senin (21/11/2022)/BISNIS-Annasa Rizki Kamalina.
Menteri PPN/Kepala Bappenas Suharso Monoarfa saat menemui awak media di Indonesia Development Forum 2022 di Movenpick Jimbaran, Bali, Senin (21/11/2022)/BISNIS-Annasa Rizki Kamalina.

Bisnis.com, JAKARTA — Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Suharso Monoarfa angkat bicara terkait dengan penyebab gagalnya 10 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024 yang ditargetkan di pemerintahan Joko Widodo (Jokowi)-Ma’ruf Amin. 

Menurutnya, tidak tercapainya RPJMN di bidang kesehatan itu lantaran pembangunan nasional dengan daerah yang tidak sejalan.

Dia pun menilai bahwa Pemerintah Daerah (pemda) seharusnya dapat lebih fokus memprioritaskan rencana pembangunan nasional patokan sebagai bagian dalam rencana pembangunan di daerah masing-masing.

"Rencana pembangunan jangka menengah itu sifatnya nasional. Sehingga seharusnya bukan milik pemerintah pusat saja, tetapi juga pemerintah daerah. Ini sebabnya kalau daerah kemudian tidak sinkron rencana pembangunannya dengan yang nasional," ujarnya kepada wartawan di kompleks Istana Kepresidenan, Senin (12/6/2023).

Lebih lanjut, pria kelahiran 31 Oktober 1954 itu menyebut bahwa program pertama yang paling terlihat sulit tercapi adalah penurunan prevelensi stunting, sebab selama ini pemerindah daerah (pemda) terlalu melihat program tersebut sebagai tanggung jawab pemerintah pusat.

Alhasil, dia pun pesimistis target 14 persen pada 2024 untuk prevalensi stunting bisa tercapai. Apalagi, capaian pada 2022 masih sebesar 21,6 persen.

Selain itu, dia memerinci tidak harmonisnya upaya antara pusat dan daerah terlihat dari minimnya anggaran untuk menurunkan stunting di beberapa APBD Pemerintah Daerah, dimana Pemda hanya menganggarkan 2-5 persen untuk penurunan angka stunting.

"Soal stunting misalnya, dianggap target nasional jadi tanggung jawab nasional aja, padahal itu yang kerjakan juga harus daerah juga. Jadi bayangkan berapa kabupaten kota yang kita intervensi sedemikian rupa sementara daerah hanya alokasikan stunting hanya 5% bahkan ada 2% dari APBD. Ini kayak asal ada aja," tuturnya

Dia pun menjabarkan terdapat Indikator RPJMN lainnya yang berisiko tidak tercapai mulai dari peningkatan imunisasi dasar lengkap pada 2022 63,17 persen menjadi 90 persen pada 2024.

Kedua, angka stunting pada balita dengan target yang harus dicapai sebesar 14 persen pada 2024.

Ketiga, tingkat wasting balita atau penurunan berat badan yang baru menyentuh 7,7 persen pada 2022, sedangkan target pemerintah pada 2024 harus sudah mencatatkan angka 7 persen.

Keempat, tuberkulosis yang ditargetkan 297 orang per 100 ribu penduduk pada 2024, sedangkan pada 2022 angkanya masih di kisaran 354 orang per 100.000 penduduk.

Kelima, eliminasi malaria yang sebesar 372 per kabupaten/kota pada 2022, dari target tahun depan sebanyak 405 per kabupaten/kota.

Keenam, eliminasi kusta hanya 403 kabupaten/kota di 2022 dari target 514 per kabupaten/kota pada 2024.

Ketujuh, tingkat merokok pada anak yang masih di angka 9,10 persen per 2022. Target perokok anak di tahun 2024 adalah sebesar 8,7 persen.

Kedelapan, obesitas pada penduduk dewasa yang sebesar 21,8 persen pada 2022. Kesembilan, fasilitas kesehatan tingkat pertama (FKTP) yang diharapkan bisa menyentuh angka 100% pada 2024, tetapi pada 2022 baru tercapai 56,4 persen.

Terakhir, puskesmas dengan tenaga kesehatan sesuai standar yang baru 56,07 persen dari target 83 persen.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper