Bisnis.com, JAKARTA — PT Pertamina (Persero) berkomitmen untuk menyelesaikan akuisisi 35 persen hak partisipasi atau participating interest (PI) yang ingin dilepas Shell Upstream Overseas Ltd di Blok Masela.
Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengatakan, perseroan memiliki kepentingan untuk segera mengambilalih aset yang telah lama terbengkalai itu sebagai upaya untuk meningkatkan nilai kapitalisasi atau market cap perusahaan migas pelat merah tersebut saat ini.
Selain itu, kata Nicke, penyelesaian proses ambilalih hak pengelolaan itu diharapkan ikut meningkatkan penerimaan negara serta daerah sekitar nantinya.
“Yang harus segera kita finalkan itu Blok Masela, giant block ini bisa segera dengan masuknya Pertamina, komitmen kami sesegera mungkin bisa mengembangkannya agar gas di dalam perut bumi ini bisa dimonetisasi,” kata Nicke dalam media briefing capaian kinerja 2022 Pertamina, Jakarta, Selasa (6/6/2023).
Namun, Nicke belum dapat mengungkapkan lebih lanjut terkait progres pengambilalihan saham Shell tersebut karena terikat non disclosure agreement (NDA).
"Masela kami kan menandatangani NDA. Itu tidak boleh kami bocorkan, ini kejutan. Jadi tunggu tanggal mainnya," tuturnya.
Baca Juga
Sementara itu, Nicke menuturkan, perseroannya mengalokasikan pendanaan yang cukup besar untuk PT Pertamina Hulu Energi (PHE) seiring dengan rencana untuk meningkatkan kegiatan akuisisi dan eksplorasi lapangan potensial tahun ini.
Subholding Upstream Pertamina itu mengalokasikan capex sebesar US$5,7 miliar atau setara dengan Rp86,26 triliun (kurs Rp15.134 per US$) pada rencana kerja dan anggaran perusahaan (RKAP) tahun ini. Besaran belanja modal itu naik 78,12 persen dari realisasi anggaran sepanjang 2022 yang berada di angka US$3,2 miliar atau setara dengan Rp48,47 triliun.
Seperti diketahui, porsi alokasi belanja modal untuk rencana merger dan akuisisi PHE tercatat naik signifikan ke level US$1,5 miliar atau setara dengan Rp22,7 triliun pada tahun ini. Padahal, realisasi anggaran yang digunakan untuk merger dan akuisisi pada 2021 dan 2022 hanya berada di angka masing-masing US$41 juta dan US$27 juta.
“Motor terbesar investasi kita terbesar di PHE, ada beberapa akuisisi yang harus kita lakukan karena kita tidak bisa secara konvensional saja pengembangannya tapi juga unkonvensional, salah satunya Masela,” kata dia.
Pertamina disebut perlu menyiapkan anggaran paling sedikit US$1,4 miliar atau setara dengan Rp21 triliun untuk mengakuisisi PI Shell sebesar 35 persen di Blok Abadi Masela.
Berdasarkan data SKK Migas, Shell telah mengucurkan US$875 juta untuk mengakuisisi PI 35 persen di Blok Abadi Masela dan mengucurkan investasi senilai US$700 juta sehingga total dana yang telah dikeluarkan Shell untuk pengembangan lapangan tersebut sudah mencapai US$1,4 miliar.
Di samping itu, Pertamina juga masih harus menyiapkan anggaran senilai US$6,3 miliar untuk modal kerja di Masela dalam 5 tahun ke depan.
Sebelumnya, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasfrif memastikan perjanjian jual beli saham atau sales and purchase agreement (SPA) hak pengelolaan Shell di Blok Masela kepada konsorsium Pertamina akan disepakati akhir bulan ini.
Arifin mengatakan, kedua belah pihak yang berunding telah sampai pada titik temu ihwal rencana divestasi salah satu ladang gas terbesar di Indonesia tersebut.
“Insyallah akhir bulan ini akan sudah kita selesaikan, perjanjian jual alih sahamnya sudah ada titik temu,” kata Arifin saat rapat kerja (Raker) dengan Komisi VII, Senin (5/6/2023).
Pertamina diketahui menggandeng perusahaan migas asal Malaysia, Petroliam Nasional Berhad atau Petronas sebagai anggota konsorsium untuk divestasi Shell tersebut.