Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Minyak Dunia Lesu, OPEC Ingin Pangkas Kuota Produksi Lagi

OPEC dan sekutunya tengah membahas potensi pemangkasan kuota produksi minyak pada tahun ini dan tahun depan
Logo Negara-negara Pengeskpor Minyak (OPEC) di kantor pusat di Vienna, 10 Jun 2014. /reuters
Logo Negara-negara Pengeskpor Minyak (OPEC) di kantor pusat di Vienna, 10 Jun 2014. /reuters

Bisnis.com, JAKARTA — OPEC dan sekutunya tengah membahas potensi pemangkasan kuota produksi tahun ini dan tahun depan untuk mengantisipasi harga minyak mentah yang mulai melandai dan pasokan yang berlimpah saat ini. Pembahasan itu berlangsung dalam pertemuan pada hari ini, Minggu (4/6/2023) waktu setempat.

Seperti dilansir dari Reuters, pembahasan tersebut belakangan terbilang alot lantaran anggota OPEC dari negara produsen utama dan Teluk berusaha membujuk negara-negara Afrika seperti Nigeria dan Angola untuk tetap menetapkan target produksi yang lebih realistis menyusul kinerja mereka yang rendah saat ini.

"Pembicaraan dengan produsen Afrika terbukti sulit," kata salah satu sumber OPEC+ kepada Reuters seperti dikutip Minggu (4/6/2023).

OPEC+, sebagai wadah perhimpunan negara pengekspor minyak terbesar saat ini dan sekutunya yang dipimpin Rusia, memompa sekitar 40 persen minyak mentah dunia, yang berdampak signifikan pada harga minyak.

Empat sumber yang mengetahui diskusi OPEC+ itu mengatakan kepada Reuters bahwa pengurangan produksi tambahan sedang dibahas untuk pertemuan hari ini.

"Kami sedang mendiskusikan paket lengkap (perubahan kesepakatan)," kata salah satu dari empat sumber.

Tiga dari empat sumber mengatakan pemotongan bisa berjumlah 1 juta barel per hari di atas pemotongan yang ada sebesar 2 juta barel per hari dan pemotongan sukarela sebesar 1,6 juta barel per hari, yang sebelumnya diumumkan secara mengejutkan pada April lalu dan mulai berlaku pada bulan ini.

Pengumuman April membantu mendorong harga minyak sekitar US$9 per barel lebih tinggi di atas US$87, yang kembali landai di tengah kekhawatiran tentang pertumbuhan dan permintaan ekonomi global. Pada Jumat, patokan internasional Brent menetap di US$76 per barel.

Jika disetujui, pemotongan baru akan membuat total volume pengurangan menjadi 4,66 juta barel per hari, atau sekitar 4,5 persen dari permintaan global.

Biasanya, pemotongan produksi berlaku sebulan setelah disetujui, tetapi para menteri juga dapat menyetujui implementasi selanjutnya. Mereka juga dapat memutuskan untuk mempertahankan output tetap stabil.

Pekan lalu, Menteri Energi Arab Saudi Pangeran Abdulaziz mengatakan investor yang memperpendek harga minyak, atau bertaruh pada penurunan harga, harus berhati-hati. Pesan itu ditafsirkan oleh banyak pengamat pasar sebagai peringatan pengurangan pasokan tambahan.

Selepas pembicaraan yang terlihat buntu, para menteri OPEC+ mengadakan diskusi sampingan sepanjang pagi tadi, menunda dimulainya pertemuan formal setidaknya tiga setengah jam, menurut sumber yang mengetahui masalah tersebut.

Tiga sumber OPEC+ juga mengatakan anggota tersebut akan membahas masalah asumsi dasar untuk 2023 dan 2024, dari mana setiap anggota melakukan pemotongan.

Sementara itu, Nigeria dan Angola menolak asumsi yang lebih rendah lantaran target produksi mereka yang belum terpenuhi.

Sebaliknya, UEA bersikeras untuk mendapatkan asumsi dasar yang lebih tinggi sejalan dengan peningkatan kapasitas produksinya. Dengan demikian, porsi pemotongan produksi dari UEA akan lebih rendah.

Negara-negara Barat menuduh OPEC memanipulasi harga minyak dan merusak ekonomi global melalui biaya energi yang tinggi. Barat juga menuduh OPEC terlalu memihak Rusia meskipun ada sanksi Barat atas invasi Moskow ke Ukraina.

Sebagai tanggapan, orang dalam dan pengamat OPEC mengatakan pencetakan uang Barat selama dekade terakhir telah mendorong inflasi dan memaksa negara penghasil minyak bertindak untuk mempertahankan nilai ekspor utama mereka.

Negara-negara Asia seperti China dan India telah membeli bagian terbesar dari ekspor minyak Rusia dan menolak untuk bergabung dengan sanksi Barat terhadap Rusia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper