Bisnis.com, JAKARTA – Bank Indonesia (BI) diramal tetap mempertahankan suku bunga acuan atau BI-7 Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) di level 5,75 persen jelang Rapat Dewan Gubernur BI, yang diselenggarakan pada 24 – 25 Mei 2023.
Direktur Eksekutif Segara Institute Piter Abdullah Redjalam memperkirakan BI berpeluang untuk tidak menaikkan suku bunga acuan demi memberikan kesempatan ekonomi tumbuh tinggi, dengan memanfaatkan momentum pascapandemi Covid-19.
“Peluang itu terbuka karena ada kemungkinan the Fed akan menghentikan kenaikan suku bunga acuannya,” ujar Piter ketika dihubungi Bisnis, Rabu (24/5/2023).
Pada April 2023, bank sentral memutuskan untuk menahan suku bunga acuannya di level 5,75 persen. Seiring dengan hal itu, suku bunga deposit facility tetap berada di level 5 persen, dan suku bunga lending facility bertengger pada tingkat 6,5 persen.
Secara terpisah, Ekonom Markoekonomi dan Pasar Keuangan LPEM FEB UI Teuku Riefky menilai BI perlu mempertahankan suku bunga acuannya di level 5,75 persen pada Mei 2023.
Pertimbangan itu, kata Riefky, berlandaskan pada kondisi inflasi secara umum yang menunjukkan tren penurunan bertahap. Selain itu, inflasi inti yang stabil menunjukkan permintaan domestik tetap kuat dan terkendali.
Baca Juga
“Kami melihat BI perlu mempertahankan suku bunga kebijakannya pada 5,75 persen sambil merencanakan kebijakan moneter yang akomodatif,” ujarnya.
Menurutnya, langkah tersebut bertujuan meningkatkan ketahanan eksternal dan mendorong stabilitas harga domestik di tengah potensi perlambatan ekonomi global pada tahun ini.
Dari sisi eksternal, bank sentral Amerika Serikat (AS), the Fed, juga diproyeksikan tidak menempuh langkah agresif terkait dengan kebijakan moneternya.
Sejauh ini, Fed telah mengurangi besaran kenaikan suku bunga sejak awal 2023 dan memberikan sinyal penghentian kenaikan suku bunga. Dengan demikian, suku bunga acuan the Fed diperkirakan tetap bercokol di level 5,1 persen hingga akhir 2023.