Bisnis.com, JAKARTA – Neraca transaksi berjalan (current account) pada kuartal I/2023 diperkirakan berlanjut surplus, tetapi menyempit dibandingkan dengan periode kuartal sebelumnya.
Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede memperkirakan surplus neraca transaksi berjalan kuartal I/2023 akan mencapai US$3,8 miliar atau 1,1 persen terhadap PDB.
“Surplus lebih rendah dibandingkan dengan surplus transaksi berjalan pada kuartal II/2022 hingga kuartal IV/2022, dipengaruhi oleh tren penurunan surplus neraca perdagangan,” katanya kepada Bisnis, Minggu (21/5/2023).
Josua menyampaikan, hal ini terutama dipicu oleh penurunan kinerja ekspor jika dibandingkan 3 kuartal sebelumnya akibat normalisasi harga komoditas ekspor, serta pelemahan aktivitas ekonomi negara mitra dagang utama Indonesia.
Di samping itu, Josua memperkirakan neraca transaksi finansial dan modal akan mengalami surplus sebesar US$3,8 miliar, ditopang oleh surplus investasi langsung dan investasi portofolio.
Seperti diketahui, realisasi penanaman modal asing (PMA) pada kuartal I/2023 tercatat mencapai US$12miliar, sementara aliran modal asing di pasar keuangan sepanjang kuartal I/2023 tercatat net inflow sekitar US$4,7 miliar.
Dengan perkembangan tersebut, Josua memperkirakan neraca pembayaran Indonesia (NPI) pada kuartal I/2023 tercatat surplus US$7,6 miliar.
“Surplus NPI juga terkonfirmasi oleh peningkatan cadangan devisa pada akhir kuartal I/2023 yang tercatat meningkat US$8miliar jika dibandingkan dengan akhir 2022,” kata Josua.
Dia menambahkan, surplus neraca transaksi berjalan dan NPI dipengaruhi oleh kinerja neraca perdagangan barang yang masih surplus mempertimbangkan harga komoditas ekspor yang masih di atas level sebelum pandemi, meski terus mengalami normalisasi.
Selain itu, surplus neraca transaksi finansial juga dipengaruhi risk sentiment yang membaik di pasar keuangan global, sejalan dengan ekspektasi bahwa kenaikan suku bunga Amerika Serikat pada tahun ini cenderung mendekati puncaknya.