Bisnis.com, JAKARTA – Bursa saham Turki anjlok pada perdagangan Senin (15/5/2023) setelah Presiden petahana Recep Tayyip Erdogan memimpin perolehan suara pemilu menjelang pemungutan suara lanjutan.
Dilansir dari Reuters pada Selasa (16/5/2023), indeks acuan Istanbul turun 6,1 persen pada hari Senin, sedangkan indeks saham perbankan Turki anjlok 9,6 persen setelah pasar memproyeksi potensi kemungkinan kelanjutan kebijakan-kebijakan Erdogan yang tidak lazim, termasuk memerangi inflasi yang tinggi dengan tingkat suku bunga yang rendah.
Mata uang lira juga membukukan penurunan persentase terbesar dalam lebih dari enam bulan terakhir ke level 19,67 per dolar AS. Lira sebelumnya menyentuh 19,70, tidak jauh dari rekor intraday terendah 19,80 yang dicapai pada bulan Maret 2023
Dewan pemilihan umum Turki memastikan pemungutan suara lanjutan akan dilakukan pada 28 Mei mendatang antara dua calon kuat, Erdogan dan Kemal Kilicdaroglu. Pada putaran pertama, Erdogan memimpin dengan 49,51 persen suara, sedangkan Kilicdaroglu meraih 44,88 persen.
Dalam pemungutan suara di parlemen, Aliansi Rakyat termasuk AKP yang dipimpin Erdogan diperkirakan meraih suara mayoritas.
"Dari reaksi pasar sejauh ini sangat meyakinkan bahwa pasar mengharapkan Erdogan untuk menang di putaran kedua dan kita akan mendapatkan lebih banyak hal yang sama," kata manajer portofolio William Blair, Dan Wood.
Baca Juga
Selain bursa saham dan lire, obligasi pemerintah Turki dalam denominasi dolar AS turun lebih dari 7 sen, sementara spread credit default swap atau CDS Turki bertenor lima tahun melonjak 141 basis poin (bps) menjadi 634 bps, tertinggi sejak November 2022.
Pemilihan presiden tidak hanya akan menentukan siapa yang akan memimpin Turki dan membentuk kebijakan luar negeri negara anggota NATO berpenduduk 85 juta jiwa ini, tetapi juga bagaimana pemerintahan Turki berjalan dan bagaimana negara ini akan mengatasi krisis biaya hidup yang mendalam.
Pekan lalu, saham-saham dan obligasi Turki menguat ketika kandidat presiden dari partai ketiga Muharrem Ince mengundurkan diri dari persaingan, sehingga meningkatkan ekspektasi kemenangan Kilicdaroglu.
Konsultan senior East capital Emre Akcakmak mengatakan saat ini sentimen pasar kembali ke titik awal sebelum mendapat dorongan.
"Saya rasa jika Erdogan terus maju, maka para investor asing akan wait and see," tambah Akcakmak.
Manajer dana senior Candriam Richard Briggs mengatakan bahwa kemenangan Erdogan dapat berarti kelanjutan dari ketidakseimbangan ekonomi, kebijakan moneter yang tidak lazim, dan upaya-upaya yang mahal untuk menopang lira.
"Jika Turki terus mengalami defisit transaksi berjalan yang besar, ketika aliran dana tersebut terhenti atau berbalik arah, tekanan terhadap mata uang dan perekonomian bisa menjadi parah tanpa kerangka kerja kebijakan yang kredibel, yang kecil kemungkinannya terjadi di bawah pemerintahan yang sekarang ini," ujar Briggs.