Bisnis.com, JAKARTA — Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memastikan kendala monetisasi lapangan Asap, Kido, dan Merah yang dikelola Genting Oil Kasuri Pte LTd (GOKPL) di Blok Kasuri, Papua Barat telah rampung.
Blok yang dikelola GOKPL, entitas Genting Group yang dikendalikan taipan dan pengusaha resor judi asal Malaysia, Lim Kok Thay, tersebut bisa beroperasi komersial pada 2025 atau 2026, setelah beberapa kali tertunda sejak hak pengelolaan dipegang pada 2008.
“Genting Oil itu sebagian dialokasikan untuk PT Pupuk Kaltim [PKT] di Fakfak, sebagian lagi untuk mereka floating LNG lewat punya mereka sendiri,” kata Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM Tutuka Ariadji, dikutip Selasa (16/5/2023).
Adapun, Kementerian ESDM telah menyetujui revisi rencana pengembangan lapangan atau plan of development (PoD) I Lapangan Asap, Kido, dan Merah Blok Kasuri tersebut pada awal Februari 2023.
Lewat persetujuan itu, gas inplace pada wilayah kerja itu yang sebelumnya diidentifikasi sebesar 1.735 miliar standar kaki kubik per hari (Bscfd) naik menjadi 2.673,7 Bscfd. Sementara itu, potensi cadangan naik dari 1.031,33 Bscf menjadi 2.244,45 Bscf.
Selepas revisi PoD I, GOKPL turut menandatangani head of agreement (HoA) dengan PKT sebelum merampungkan perjanjian jual beli gas atau gas sales agreement (GSA).
Baca Juga
Rencananya, GOKPL bakal mengalirkan gas sebesar 102 BBtud untuk produksi ammonia 2.500 metric ton per day (mtpd) dan urea sebesar 3.500 mtpd. Pabrik nantinya akan dibangun oleh Pupuk Kaltim dengan nilai investasi sekitar US$1,5 miliar.
“Fasilitas mereka sendiri buat, kerja sama, PKT yang bangun, jadi monetisasi sudah ada, serapan sebagian untuk PKT, kalau PLN dari BP,” kata Tutuka.
Sebelumnya, Deputi Keuangan dan Komersialisasi SKK Migas Kurnia Chairi mengatakan, detail rencana monetisasi lapangan tersebut masih dalam tahap bahasan.
“Sedangkan untuk skema monetisasi LNG dengan pasokan sekitar 200 BBtud, saat ini terus dimatangkan antara GOKPL, SKK Migas, dan Ditjen Migas terkait skema pemanfaatannya,” kata Kurnia saat dihubungi, Kamis (4/5/2023).
Kendati demikian, Kurnia mengatakan, lapangan itu relatif ekonomis untuk dikembangkan dengan kemampuan pasok yang terbilang panjang.
“Dengan kemampuan pasok hingga setidaknya 2043 maka diperkirakan kesinambungan produksi gas jangka menengah akan terjaga, dalam rangka mendukung hilirisasi dan transisi energi,” ujarnya.