Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Menteri BUMN Erick Thohir Gandeng Qatar, Kurangi Impor Sapi

Menteri BUMN Erick ingin Indonesia mengurangi impor pangan salah satunya sapi.
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir, Rabu (10/5/2023) di Labuan Bajo NTT, memastikan terus menjalankan komitmen bersih-bersih BUMN, termasuk dana pensiun (dapen) BUMN. JIBI.Bisnis-Ni Luh Anggela
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir, Rabu (10/5/2023) di Labuan Bajo NTT, memastikan terus menjalankan komitmen bersih-bersih BUMN, termasuk dana pensiun (dapen) BUMN. JIBI.Bisnis-Ni Luh Anggela

Bisnis.com, LABUAN BAJO - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir diketahui akan bertolak ke Qatar besok, Kamis (11/5/2023) pukul 01.00 WIB dini hari salah satunya untuk membahas industrialisasi pangan.

Erick menyampaikan, Indonesia ingin mengurangi impor pangan salah satunya sapi.

“Kalau kita bicara industrialisasi pangan bagaimana kita mengurangi impor pangan, termasuk sapi dan gula,” kata Erick di BRI Cafe dan Money Changer Marina Bay, Labuan Bajo, Manggarai Barat, NTT, Rabu (10/5/2023).

Dijelaskan Erick, penduduk Indonesia pada 2035 akan meningkat 145 juta dan konsumsi daging sapi diprediksi naik pada tahun yang sama. 

“Artinya apa? Impor daging yang kurang lebih 1,5 juta [ton[ per tahun akan double 3 juta. Masa impor mulu,” ujarnya.

Alasan inilah yang membuat Indonesia merasa perlu bekerja sama dengan Qatar untuk industrialisasi dari pangan, utamanya daging.  

Lebih lanjut dia menyampaikan, Qatar dulunya pernah berada di situasi tidak mendapatkan daging lantaran adanya ketegangan politik. Menghadapi hal itu, Qatar kemudian mengimpor ribuan sapi. Dari situ, mereka mengembangkan peternakan sapi dan peternakannya terus maju. 

“Kalau Qatar aja impor ribuan sapi trus peternakan maju, [di sana] gurun atau banyak daun? Kalau gurun aja bisa piara sapi, kita hijau gitu [harusnya] bisa piara sapi,” ungkapnya.

Selain sapi, Indonesia berencana untuk mengurangi impor gula. Oleh karena itu, pemerintah mendorong pembukaan lahan seluas 500.000 hektare untuk gula di sejumlah wilayah. Ditegaskan Erick, BUMN tidak bermaksud untuk melakukan monopoli, sehingga dia juga membuka kesempatan bagi private sector untuk berpartisipasi.

Dengan lahan seluas 500.000 hektare, lanjut Erick, Indonesia tak perlu lagi impor gula. Bahkan, sisanya bisa dimanfaatkan sebagai bioetanol. 

“Kalau 500.000 ini terjadi, kita nggak perlu impor lagi bahkan sisanya jadi bioetanol. Masa kita impor terus, dulu itu kita negara penghasil gula,” pungkasnya. 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper