Bisnis.com, JAKARTA – Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati membagikan pengalaman kebijakan fiskal Indonesia dalam mengatasi ketimpangan serta rahasia ekonomi di Asia bisa pulih pascapandemi Covid-19.
Hal itu disampaikan Sri Mulyani dalam pertemuan Asian Development Bank (ADB) Governors’ Seminar: Policies to Support Asia’s Rebound di Korea Selatan.
Dalam unggahan di akun Instagram pribadinya @smindrawati, Bendahara Negara tersebut menyampaikan di dunia yang saling terkoneksi saat ini, multilateralisme jadi cara terbaik untuk bangkit dan pulih dari krisis.
"Agar multilateralisme ini efektif, kita harus bisa menunjukkan tata kelola yang baik dan membangun kepercayaan masyarakat. Semangat kerja sama dalam forum multilateral maupun regional seperti yang kita lakukan di G20, ADB, ASEAN, ASEAN+3, maupun forum multilateral lainnya menjadi modal terkuat untuk menghadapi berbagai gejolak global," ujar Sri Mulyani.
Selain itu, dia mengungkapkan beberapa cara untuk mengatasi ketimpangan, baik dari sisi penerimaan maupun belanja. Salah satunya dari kebijakan fiskal.
Dari sisi penerimaan, kebijakan pajak harus dirancang cukup progresif tanpa mengurangi motivasi untuk memperoleh penghasilan. Sementara di sisi belanja, ada banyak dukungan yang bisa kita berikan baik untuk penurunan kemiskinan, memutus kemiskinan antargenerasi, pendidikan, kesehatan, dan lain-lain.
Baca Juga
“Di Indonesia, kami juga menggunakan tambahan penerimaan dari commodity boom untuk berinvestasi di wilayah terluar, termiskin, terpencil dan juga untuk kelompok rentan seperti perempuan dan anak-anak,” ujarnya, Kamis (4/5/2023).
Pada 2022, Indonesia mendapatkan wind fall dari harga komoditas yang melonjak. Tercatat Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) pada 2022 mencapai Rp588,3 triliun, lebih tinggi Rp129,8 dari capaian 2021.
Sementara per Maret 2023, PNBP tercatat tumbuh 43,7 persen secara tahunan atau year-on-year (yoy) atau mencapai Rp142,7 triliun.
Selain itu, Sri Mulyani menyampaikan bahwa kunci mempertahankan pemulihan Asia setelah pandemi adalah produktivitas.
“Kita di Asia harus berinvestasi lebih untuk peningkatan produktivitas yang merupakan sumber pertumbuhan paling lestari. Baik investasi untuk pendidikan, tenaga kerja, kebijakan makro, atau infrastruktur yang sangat dibutuhkan untuk meningkatkan pergerakan dan produktivitas masyarakat,” tutupnya.
Dari sisi pendidikan, Kementerian Keuangan melalui Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) memiliki total endowment fund senilai Rp134,11 triliun hingga Maret 2023.