Bisnis.com, JAKARTA – Investasi langsung di Indonesia diperkirakan akan mencatatkan kinerja yang positif pada 2023, yang didorong baik oleh investor asing maupun investor domestik.
Ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman mengatakan bahwa terlepas dari perlambatan ekonomi global, Indonesia tetap menjadi tujuan investasi yang menarik bagi investor asing, yang tercermin dari nilai investasi asing langsung (foreign direct investment/FDI) yang terjaga.
“Hal ini sejalan dengan strategi pemerintah untuk meningkatkan hilirisasi industri dalam rangka meningkatkan rantai pasok dalam negeri dan nilai tambah ekspor,” katanya, Jumat (28/4/2023).
Seperti diketahui, pemerintah terus mendorong pembiayaan untuk hilirisasi industri, khususnya di industri logam dasar, barang logam, serta barang bukan mesin dan peralatannya.
“Oleh karena itu, kami melihat bahwa sektor ini akan terus menjadi salah satu kontributor terbesar, khususnya FDI di Indonesia,” jelasnya.
Sebagaimana diketahui, Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencatat realisasi investasi pada kuartal pertama tahun 2023 mencapai Rp328,9 triliun.
Baca Juga
Realisasi tersebut mengalami peningkatan sebesar 16,5 persen jika dibandingkan dengan capaian pada periode yang sama tahun lalu.
Kontribusi penanaman modal asing (PMA) pada kuartal I/2023 mencapai Rp177,0 triliun atau 53,8 persen dari total realisasi, lebih tinggi dari realisasi penanaman modal dalam negeri (PMDN) sebesar Rp151,9 triliun atau mencapai 46,2 persen dari total realisasi investasi kuartal I/2023.
Untuk PMDN, Faisal mengatakan aktivitas ekonomi domestik yang solid dan peran pemerintah akan menjadi pendorong utama.
Pengeluaran pemerintah untuk belanja modal tercatat mencapai Rp23,5 triliun atau tumbuh 26 persen secara tahunan per Maret 2023. Hal ini dinilai dapat berkontribusi pada peningkatan PMTB, mengingat sekitar 70 persen PMTB berasal dari bangunan dan struktur.
Secara keseluruhan, Faisal memperkirakan PMTB memiliki ruang untuk tumbuh sebesar 4 persen hingga 6 persen pada 2023, dibandingkan dengan pertumbuhan 3,87 persen pada 2022.
Pada kesempatan berbeda, Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede menyampaikan bahwa investasi di sektor hilirisasi nikel dan pertambangan cenderung masih solid.
Kondisi ini mempertimbangkan upaya pembangunan smelter pengolahan bijih nikel di wilayah Sulawesi Tengah serta mempertimbangkan kondisi harga komoditas seperti batubara yang mendorong investasi dalam hal pembelian alat-alat berat.
Josua mengatakan sejalan dengan upaya pemerintah mendorong hilirisasi industri mineral dasar, realisasi PMA di sektor pengolahan terus meningkat sejak 2020 hingga kuartal I/2023, ini masih merupakan realisasi investasi asing yang terbesar.
“Dampaknya terindikasi dari peningkatan penyerapan tenaga kerja di kuartal I/2023 yang tercatat mencapai 165.797 orang, dan merupakan penyerapan tenaga kerja yang terbesar setidaknya sejak 2019,” katanya.
Investasi di sektor sekunder/pengolahan menurutnya perlu terus didorong dalam rangka mendorong re-industrialisasi sehingga dapat memicu peningkatan penyerapan tenaga kerja sekaligus dapat meningkatkan produktivitas industri manufaktur/pengolahan yang dapat mendorong peningkatan nilai tambah dari ekspor produk manufaktur.
Dalam hal ini, Josua mengatakan pemerintah perlu mempercepat mengeluarkan peraturan pelaksana UU Cipta Kerja yang akan memberikan kejelasan bagi investor, mengingat target investasi 2023 cukup tinggi.
Selain itu, perlu didorong stabilitas politik yang kondusif, khususnya menjelang pelaksanaan pemilu Februari 2024.
“Sehingga momentum peningkatan investasi ini dapat dipertahankan dalam rangka menjaga momentum pertumbuhan ekonomi Indonesia di tengah kondisi perlambatan ekonomi global pada tahun ini,” kata dia.