Bisnis.com, JAKARTA - Chief Executive Officer (CEO) Google Sundar Pichai mengungkapkan adopsi teknologi kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) tetap perlu disertai pengawasan guna menghindari resiko merugikan perusahaan yang menerapkannya.
Menurutnya, teknologi kecerdasan buatan memang sangat bermanfaat untuk membantu pekerjaan menjadi cepat. Namun, sangat berbahaya jika tidak digunakan dengan tepat.
"Urgensi untuk bekerja dan menggunakannya dengan cara yang bermanfaat, tetapi pada saat yang sama dapat sangat berbahaya jika digunakan secara tidak tepat." katanya sebagaimana dilansir dari Bloomberg, Senin (17/4/2023).
Google yang berbasis di Mountain View, California, telah menjadi salah satu yang terdepan dalam mengembangkan dan mengimplementasikan AI di seluruh layanannya.
Perangkat lunak seperti Google Lens dan Google Photos mengandalkan sistem pengenalan gambar milik perusahaan, sementara Google Assistant-nya mendapat manfaat dari penelitian pemrosesan bahasa alami yang telah dilakukan Google selama bertahun-tahun.
Namun, langkahnya dalam menerapkan teknologi ini sengaja diukur dan berhati-hati, sedangkan ChatGPT dari OpenAI telah membuka perlombaan untuk bergerak maju dengan alat AI dengan kecepatan yang jauh lebih cepat.
Baca Juga
"Kami belum memiliki semua jawaban di sana, dan teknologinya bergerak dengan cepat. Jadi, penting untuk tetap berjaga-jaga," lanjutnya.
Google kini sedang mengejar ketertinggalannya dalam upaya menanamkan produknya dengan AI generatif, perangkat lunak yang dapat membuat teks, gambar, musik, atau bahkan video berdasarkan permintaan pengguna.
ChatGPT dan produk OpenAI lainnya, Dall-E, menunjukkan potensi teknologi ini, dan banyak perusahaan dari Silicon Valley hingga pemimpin internet di China kini ikut terlibat dalam menghadirkan penawaran mereka sendiri.
Mantan CEO Google Eric Schmidt mendesak perusahaan-perusahaan teknologi global untuk bersatu dan mengembangkan standar serta pagar pembatas yang tepat, dan memperingatkan bahwa setiap perlambatan dalam pengembangan hanya akan menguntungkan China.
Terlepas dari rasa urgensi dalam industri ini, Pichai memperingatkan agar perusahaan-perusahaan tidak hanyut dalam dinamika persaingan. Dan dia menemukan pelajaran dari pengalaman pendekatan OpenAI yang lebih langsung dan debut ChatGPT.
"Salah satu poin yang mereka sampaikan adalah, Anda tidak ingin mengeluarkan teknologi seperti ini ketika teknologi tersebut sangat, sangat kuat karena tidak memberikan waktu bagi masyarakat untuk beradaptasi," ujar Pichai.
Di antara risiko AI generatif yang disoroti Pichai apa yang disebut video deepfake, di mana seseorang dapat digambarkan mengucapkan pernyataan yang sebenarnya tidak mereka berikan. Jebakan seperti itu menggambarkan perlunya regulasi.
"Harus ada konsekuensi untuk membuat video deepfake yang membahayakan masyarakat. Siapa pun yang pernah bekerja dengan AI untuk sementara waktu, Anda pasti menyadari bahwa ini adalah sesuatu yang sangat berbeda dan sangat dalam sehingga kita memerlukan peraturan masyarakat untuk memikirkan cara beradaptasi." pungkasnya.