Bisnis.com, JAKARTA – Badan Pusat Statistik (BPS) akan mengumumkan data ekspor, impor, dan neraca perdagangan Indonesia pada Senin (17/4/2023).
Ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman memperkirakan neraca perdagangan Indonesia pada Maret 2023 masih akan membukukan surplus yang tinggi sebesar US$4,82 mliar, meski turun dari periode Februari 2023 yang mencapai US$5,48 miliar.
“Kami memperkirakan surplus perdagangan Indonesia akan mencapai US$4,82 miliar di bulan Maret 2023, dibandingkan dengan US$5,48 miliar pada Februari 2023,” katanya, Sabtu (15/4/2023).
Faisal memperkirakan pertumbuhan ekspor Indonesia akan mengalami kontraksi sebesar -5,29 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) pada Maret 2023 sejalan dengan tren penurunan harga komoditas.
Secara bulanan, pertumbuhan ekspor diperkirakan masih tumbuh 17,38 persen (month-to-month/mtm) karena membaiknya permintaan di Cina, tercermin dari impor Cina yang lebih tinggi dari Indonesia, yaitu sebesar 8,63 persen mtm pada Mareet 2023 dari -6,12 persen mtm pada Februari 2023).
Sejalan dengan itu, pertumbuhan impor diperkirakan terkontraksi sebesar -7,67 persen yoy pada Maret 2023, lebih dalam dari kontraksi -4,32 persen yoy pada Februari 2023, seiring dengan penurunan harga bahan baku, termasuk minyak.
Baca Juga
Di sisi lain, secara bulanan, meningkat 27.38 persen mtm dari kontraksi -13.68 persen mtm pada Februari 2023, yang didorong oleh antisipasi permintaan yang tinggi selama periode Ramadan dan Lebaran.
Kondisi ini juga tercermin dari PMI Manufaktur Indonesia yang meningkat menjadi 51,9 pada Maret 2023.
“Ini adalah bulan ke-19 berturut-turut pertumbuhan aktivitas pabrik dan laju paling tajam sejak September 2022,” katanya.
Namun demikian, Faisal mengatakan bahwa pertumbuhan ekspor ke depan cenderung melambat karena penurunan harga komoditas, juga dipicu oleh permintaan global yang lesu di tengah inflasi yang tinggi dan kenaikan suku bunga kebijakan yang sedang berlangsung.
Sementara itu, pertumbuhan impor diperkirakan dapat lebih kuat karena permintaan domestik cenderung terus menguat, terutama pada paruh kedua tahun 2023.
Oleh karenanya, neraca transaksi berjalan pada 2023 menurutnya dapat berubah menjadi defisit yang terkendali, sehingga tetap mendukung stabilitas sektor eksternal.
“Kami terus mengantisipasi neraca transaksi berjalan Indonesia akan mengalami defisit yang terkendali sekitar 1,10 persen dari PDB pada 2023 atau masih di bawah 3 persen dari defisit PDB,” jelasnya.