Bisnis.com, JAKARTA - Negara-negara di kawasan Asean menunjukan sentimen yang positif di tengah perkembangan ekonomi global yang kini bergerak dengan cepat dan tidak pasti.
Wakil Sekretaris Jenderal Masyarakat Ekonomi Asean Satvinder Singh mengatakan bahwa kawasan Asean kembali mengalami pemulihan ekonomi yang sangat kuat melalui ekspansi.
“Pada tahun 2021, kami membalikkan tren negatif dan tumbuh sebesar 3,4 persen dalam PDB untuk kawasan kami dan pada tahun lalu (2022), PDB tumbuh sehat sebesar 5,7 persen. Tahun ini diperkirakan akan terus tumbuh antara 4,7 hingga di atas 5 persen” Tutur Singh dalam acara Asean-Korea Trade and Investment Roundtable 2023, dikutip Kamis (14/4/2023).
Namun di samping itu, Singh mengatakan bahwa pemulihan regional dan ketahanan Asean masih tetap rentan.
Banyak ekonomi dunia kini beralih ke kebijakan proteksionis sebagai respons krisis. Sedangkan Asia, di sisi lain akan mempertahankan komitmen terhadap integrasi ekonomi regional, dan tetap memegang prinsip sistem perdagangan yang terbuka, transparan dan berbasis aturan.
Menghadapi situasi ini, Singh mengatakan bahwa ada tiga prioritas utama Asia yang dapat diperhatikan, yakni rantai pasokan, digitalisasi dan keberlanjutan.
Baca Juga
Ketahanan rantai pasokan
Untuk meningkatkan ketahanan rantai pasokan, Asean telah melakukan upaya instrumen terutama memastikan adanya aliran barang-barang penting yang lancar di wilayahnya. Terdapat MoU mengenai implementasi tindakan non-tarif untuk beberapa barang penting, yang pertama kali dimulai pada tahun 2020 dan akan berlanjut hingga 2024. Hal ini dilakukan untuk memastikan kelangsungan pasokan selama pandemi.
Selanjutnya, Asean juga melakukan perbaikan (upgrade) dalam Perjanjian Perdagangan Barang Asean (ATIGA), yang merupakan perjanjian paling penting bagi kawasan ini. Hal ini dilakukan untuk memastikan bahwa perjanjian tersebut tetap relevan, modern, proaktif dan responsif terhadap perkembangan regional dan global.
Untuk tujuan serupa, dalam hubungan ekonomi eksternal, Asean juga memiliki perjanjian perdagangan bebas (FTA) bersama dengan mitra dagang, Korea Selatan, dan perjanjian ini sedang dalam proses perbaikan dan peninjauan.
“Saya pikir saat kita bernegosiasi beberapa peningkatan ini, apa yang kita ingin lihat adalah inovasi yang mendukung penguatan rantai pasokan global kita. Saya pikir ini adalah area di mana banyak konglomerat Korea mencari diversifikasi dari operasi mereka saat ini di Asia, di Asia Utara” Jelas Singh.
Menyambung hal tersebut, Singh kemudian mengatakan bahwa kawasan Asean siap mendukung restrukturisasi rantai pasokan global, bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan diversifikasi melainkan membantu memiliki jejak karbon rendah untuk rantai pasokan global.
Digitalisasi
Membahas mengenai digitalisasi, roadmap Bandar Seri Begawan (BSBR) juga telah diadopsi oleh Komunitas Ekonomi Asean pada tahun 2021. Sigh menuturkan roadmap yang komprehensif ini memberikan daftar area prioritas, agenda prioritas untuk transformasi digital Asean dan percepatan. Diketahui juga bahwa kemajuan positif telah dicapai dalam implementasi BSBR, seperti penguatan e-commerce.
Asean kemudian tengah mempersiapkan kemungkinan identitas digital di Asia, dan membangun kapasitas negara anggota, mengadopsi UN yang kuat, sebagaimana membutuhkan model hukum yang kuat agar dapat bergerak sejalan dengan seluruh dunia dalam perdagangan digital.
Kemudian, Asean juga sedang melakukan studi yang akan selesai tahun iniuntuk memberikan panduan dalam membantu memulai negosiasi perjanjian kerangka ekonomi digital (DEVA) yang melibatkan 10 negara anggota Asean. Hal ini dapat menjadi langkah penting bagi kawasan ini untuk menjadi komunitas digital dan blok ekonomi terkemuka.
“Saya pikir secara fundamental hal ini akan menempatkan Asean pada peta global,” jelas Singh.
Keberlanjutan
Asean saat ini sedang mengimplementasikan kerangka kerja untuk ekonomi sirkular untuk komunitas ekonomi Asean. Hal ini nantinya akan berkontribusi pada pembangunan yang berkelanjutan di kawasan serta membantu mencapai komitmen negara-negara anggota Asean terhadap Paris Agreement, yakni kesepakatan mengenai perubahan iklim.
Selain itu, langkah selanjutnya yang dilakukan di tahun ini adalah fakta bahwa Asean sedang mengerjakan strategi mengenai netralitas karbon. Strategi ini nantinya akan menyediakan jalur sistematis, teratur, dan inklusif bagi Asean untuk menjadi netral karbon dalam beberapa tahun ke depan.