Bisnis.com, JAKARTA - Twitter kini telah menjadi bagian dari perusahaan X Corp, perusahaan cangkang baru yang dibentuk oleh Elon Musk.
Tidak jelas apa maksud perubahan yang dilakukan oleh Elon Musk. Namun, mengutip dari Bloomberg pada Rabu (12/11/2023), Elon menyatakan keinginannya untuk membuat X Corp mirip dengan WeChat, yakni aplikasi milik Tencent Holdings Ltd yang digunakan untuk segala hal, meliputi pembayaran, pemesanan, hingga pembayaran tiket.
Namun mengenai keinginannya tersebut, masih belum jelas bagaimana X Corp akan cocok dengan kerajaan bisnisnya yang luas, yang mencakup mobil listrik Tesla hingga Space Exploration Technologies Corp. Elon Musk juga memiliki domain X.com, yakni lini usahapembayaran online yang ia mulai dan akhirnya bergabung dengan PayPal.
Pada April tahun lalu, Elon mendirikan trio perusahaan induk di Delware dengan nama “X Holdings” sebagai bagian dari tawaran akuisisi Twitter.
X Corp sendiri yang diketahui dibangun dengan modal dasar sebesar US$2 juta, didirikan pada 9 Maret di Nevada dan setelahnya pada tanggal 15 Maret melakukan merger dengan Twitter.
Membahas mengenai Nevada, dekan rekanan di sekolah hukum Universitas Tulane Ann Lipton mengatakan bahwa negara bagian AS tersebut bisa saja dipilih jika ingin memiliki kewajiban fidusia.
Baca Juga
“Lebih sulit untuk menuntut pejabat dan direktur perusahaan Nevada karena pelanggaran kewajiban fidusia jika Anda seorang investor.” tutur Lipton dikutip dari Bloomberg.
Selain itu, Twitter yang kini tidak memiliki tim untuk menangani pertanyaan media, serta pengacara firma hukum yang mewakili Twitter dalam kasus tersebut yakni Willkie Farr & Gallagher tidak menanggapi permintaan komentar dari Bloomberg News.
Di lain sisi, Analis Bloomberg Intelligence Mandeep Singh berpendapat bahwa Elon Musk dapat membuat struktur induk yang mirip dengan Alphabet Inc, di mana Elon Musk menjadikan satu entitas untuk membawahi semua perusahaannya.
“Saya tidak melihat bagaimana dia bisa e-commerce atau pembayaran di Twitter tepat ketika rekan-rekan yang lebih besar seperti Alphabet dan Meta berjuang untuk menjadi aplikasi segalanya di sisi konsumen.” Jelasnya.