Bisnis.com, JAKARTA – Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyebutkan bahwa mayoritas kebutuhan bahan pokok di wilayah mengalami penurunan harga jelang Lebaran 2023 atau Idul Fitri 1444 H. Hal ini disampaikannya seusai melakukan peninjauan di Pasar Rawamangun dan Pasar Johar Baru, Jakarta Pusat, Rabu (5/4/2023).
"Kita lihat tadi urusan pasokan tidak ada masalah, harga juga justru banyak yang turun. Telur turun, ayam turun, daging ayam turun, beras juga turun, bawang juga turun, yang naik daging, naik dikit," ujarnya kepada wartawan, Rabu.
Menurutnya, hasil peninjauan di lapangan terkait dengan penurunan harga bahan pokok sesuai dengan laporan Badan Pusat Statistik (BPS) yang menyebut tengah terjadi deflasi menjelang Lebaran 2023.
Kendati demikian, orang nomor satu di Indonesia ini menyampaikan meskipun harga bahan pokok mengalami penurunan, tetapi Pemerintah memastikan para petani di daerah tidak dirugikan, khususnya petani beras.
"Ya kalau petani GKP (Gabah Kering Panen)-nya kan sudah naik dari Rp4.200 ke Rp5.000 Dan di lapangan yang banyak masih di atas Rp5.000, tetapi faktanya berasnya turun, ini bagus," pungkas Jokowi.
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) menyampaikan ada beberapa komoditas yang perlu diwaspadai menjadi penyumbang inflasi menjelang Ramadan yang akan jatuh pada pertengahan Maret hingga April 2023 ini.
Baca Juga
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Pudji Ismartini menuturkan, inflasi Ramadan perlu dikelola dengan mengendalikan harga komoditas yang dominan menggerakan inflasi.
"Di antaranya bahan bakar rumah tangga, minyak goreng, daging ayam ras, dan beberapa komoditas lainnya," ujar Pudji dalam Berita Resmi Statistik yang disiarkan secara virtual, Rabu (1/3/2023).
Pudji menjelaskan, hal tersebut berdasarkan tren dalam beberapa tahun terakhir. Misalnya, pada Ramadan 2019 yang jatuh pada bulan Mei, inflasinya mencapai 0,68 persen. Pendorong utama inflasi adalah kenaikan harga cabai merah, daging ayam ras, bawang putih, ikan segar, angkutan antarkota, dan telur ayam ras.
Lalu, pada Ramadan 2020, inflasinya mencapai 0,08 persen. Menurutnya, inflasi Ramadan yang jatuh pada April 2020 itu didorong kenaikan harga bawang merah, emas perhiasan, bahan rumah tangga, pepaya, bahan rumah tangga, gula pasir dan rokok kretek filter.
Selanjutnya, pada Ramadan 2021, tingkat inflasi sebesar 0,13 persen. Inflasi menjelang Ramadan pada 2021 didorong utamanya oleh daging ayam ras, minyak goreng, jeruk, bahan bakar rumah tangga, perhiasan dan anggur.
“Kemudian Ramadan 2022, inflasi 0,95 persen didorong minyak goreng, bensin, daging ayam, tarif angkutan udara, bahan bakar rumah tangga dan telur ayam ras,” papar Pudji.
Adapun, pada Februari tahun ini inflasi bulanan mencapai 0,16 persen month-to-month/mtm atau terjadi kenaikan indeks harga konsumen dari 113,98 pada Januari menjadi 114,16 pada Februari 2023. Komoditas penyumbang inflasi mtm terbesar terjadi pada beras, rokok kretek filter, bawang merah, cabai merah dan rokok putih.
Sementara itu untuk tingkat inflasi tahunan pada Februari 2023 sebesar 5,47 persen atau terjadi peningkatan indeks harga konsumen 108,24 pada Februari 2022 menjadi 114,16 pada Februari 2023.
Inflasi terbesar terjadi pada kelompok transportasi, yaitu 13,59 persen dan memberikan andil 1,63 persen terhadap inflasi umum.