Bisnis.com, JAKARTA – Investor Tesla Inc sedang menantikan dampak pemotongan harga yang diterapkan Elon Musk terhadap kinerja penjualan mobil listrik perusahaan.
Investor memperkirakan Tesla akan mencatat rekor penjualan dalam laporan keuangan yang dirilis akhir pekan ini, yang juga didorong oleh subsidi pemerintah AS.
Langkah pemotongan harga oleh Elon Musk pada Januari lalu telah memicu perang harga yang memanas di China. Margin keuntungan Tesla diperkirakan akan memenangkan persaingan yang berkembang di saat perlambatan ekonomi.
Menurut perkiraan analis yang dikumpulkan oleh Refinitiv, Tesla diperkirakan mengirimkan 430.000 kendaraan kepada pembeli pada kuartal I/2023, naik 6 persen dari kuartal sebelumnya dan 39 persen dari tahun sebelumnya (year-on-year/yoy).
Diperkirakan produksi akan mengalami peningkatan karena Tesla meningkatkan produksi di pabrik-pabrik baru di Texas dan Berlin, termasuk ketika produksi China pulih dari pukulan lockdown Covid-19.
Menurut perkiraan analis, Tesla akan kembali menurunkan harga karena tidak sedikit pembuat mobil telah menyamai pemotongan harga.
Baca Juga
"Dengan Tesla kemungkinan akan melanjutkan peningkatan produksi di Austin dan Berlin, pasokan tambahan kemungkinan akan mendorong pemotongan harga lebih lanjut," kata analis Barclays Dan Levy.
Di AS, Tesla melakukan pemotongan harga kendaraan listriknya hingga 20 persen. Penurunan harga tersebut membuat lebih banyak kendaraan memenuhi syarat untuk subsidi AS sebesar US$7.500 per mobil atau setara Rp112 juta.
Dilansir dari Reuters pada Sabtu (1/4/2023), pada Januari lalu, Elon mengatakan bahwa pemotongan harga memicu permintaan pasar, sehingga memperkecil kekhawatiran tentang ekonomi yang lemah.
Levy mengatakan subsidi tersebut kemungkinan akan memberi dorongan permintaan sementara di AS.
Sementara itu, penjualan ritel Tesla di China mencapai 106.915 unit hingga 19 Maret, salah satu kuartal terbaik dalam sejarah, menurut data dari China Merchants Bank International.
Pemangkasan harga Tesla di China menimbulkan perang harga terhadap pesaingnya, China BYD dan Xpeng, yang turut memangkas harga.
Sepanjang tahun ini, saham Tesla telah mengalami lonjakan lebih dari 65 persen dengan harapan perusahaan akan memenangkan perang harga, meskipun saham tetap turun lebih dari 50 persen dari puncaknya di US$414 pada November 2021.