Bisnis.com, JAKARTA - Huawei Technologies Co Ltd. produsen teknologi asal China mencatatkan peningkatan pendapatan tahunan di tengah adanya larangan pemakaian beberapa komponen oleh Amerika Serikat (AS).
Dilansir dari Reuters pada Sabtu (1/4/2023), Huawei mengatakan pihaknya telah "keluar dari krisis" karena membukukan peningkatan kecil pendapatan tahunan, dan menambahkan bahwa mereka telah membuat kemajuan dalam mengganti komponen-komponen yang terkena dampak sanksi AS.
Pendapatan konglomerat teknologi ini naik 0,9 persen pada 2022, sejalan dengan perkiraan perusahaan, menunjukkan bahwa perusahaan telah mencapai beberapa tingkat stabilitas setelah putaran kontrol ekspor AS berturut-turut sejak 2019 menghantam bisnis ponsel cerdasnya yang dulu sangat kuat.
Tetapi perusahaan membukukan laba bersih 35,6 miliar yuan (US$5,18 miliar), turun sekitar dua pertiga dari tahun 2021. Adapun pada 2021, laba terbantu oleh penjualan bisnis smartphone kelas menengah Honor. Namun, penurunan laba ini dinilai masih parah bahkan jika dibandingkan dengan tahun 2020 atau turun 44 persen.
Chief Financial Officer Huawei Meng Wanzhou sempat berbicara dalam konferensi pers tentang bagaimana mereka telah terdorong ke "jalan buntu yang fatal" dan "berjuang untuk keluar" setelah Washington membatasi pasokan chip dan alat desain chip dari perusahaan-perusahaan AS.
"Tahun 2022 adalah tahun di mana kami berhasil keluar dari mode krisis. Kami kembali ke bisnis seperti biasa," kata Meng
Baca Juga
AS mengatakan bahwa Huawei mewakili risiko keamanan, yang dibantahnya. Ketegangan dengan AS juga membuat Meng ditahan selama tiga tahun di Kanada atas dugaan upaya untuk menutupi upaya perusahaan-perusahaan yang terkait dengan Huawei untuk menjual peralatan ke Iran yang melanggar sanksi AS.
Tuduhan terhadap Meng dibatalkan dan dia kembali ke China pada tahun 2021. Huawei merotasi pemimpinnya setiap enam bulan dan Meng akan mengambil posisi tersebut pada hari beberapa hari lalu.
Pengeluaran Research and Development ( R&D) sepanjang tahun naik 13,2 persen menjadi 161,5 miliar yuan (US$23,50 miliar), setara dengan seperempat dari pendapatan perusahaan.
Meng pung menekankan pengeluaran tersebut membantu Huawei dalam mengganti komponen-komponen dalam produknya yang terkena sanksi perdagangan AS.
CEO Huawei Eric Xu juga mengatakan pihaknya melihat bidang-bidang seperti pengembangan hijau sebagai peluang dan berinvestasi dalam teknologi generasi 5,5 dan 6, dengan harapan bahwa mereka dapat mulai meluncurkan produk 5,5G pada tahun 2025.
mengenai terobosan dalam alat otomasi desain elektronik (EDA) untuk chip yang diproduksi pada dan di atas teknologi 14 nanometer, Xu menyatakan perusahaan telah mencapai hal itu dengan para mitranya dan itu berarti bahwa Huawei dapat menggunakan alat EDA-nya sendiri untuk mendesain chip.
Seperti Huawei, industri semikonduktor China telah menjadi target tindakan pengendalian ekspor AS dan perusahaan akan memberikan dukungan kepada upaya industri untuk menjadi lebih mandiri, katanya, tanpa memberikan perincian.
Pendapatan untuk tahun 2022 mencapai 642,3 miliar yuan. Meskipun itu menunjukkan pertumbuhan ringan selama 2021, itu masih jauh dibawah rekor 891,3 miliar yuan yang dicatat pada tahun 2019 ketika menjadi vendor ponsel pintar Android teratas secara global.
Pendapatan dari divisi perusahaan melonjak 30 persen, bisnis telekomunikasi naik tipis 0,9 persen sementara penjualan untuk bisnis elektronik konsumen anjlok 11,9 persen. Rasio aset terhadap liabilitas Huawei adalah 58,9 persen dan memiliki saldo kas bersih sebesar 176,3 miliar yuan.