Bisnis.com, JAKARTA – Perry Warjiyo telah terpilih secara aklamasi oleh Komisi XI DPR untuk menjabat sebagai Gubernur Bank Indonesia (BI) untuk periode kedua atau lima tahun ke depan, yaitu 2023-2028. Anggota Komisi XI DPR Eriko Sotarduga menyampaikan alasan terpilihnya Perry sebagai Gubernur BI.
DPR menilai Perry telah memiliki kemampuan khusus dalam menghadapi gejolak ekonomi global dan nasional. Sejak adanya perang dagang Amerika Serikat (AS) dengan China hingga masa pandemi Covid-19.
“Seluruh anggota dewan dari Komisi XI di mana Pak Perry dinilai memilki kemampuan yang khususnya kemampuan yang bisa melewati di saat dia memulai pada 2018 ekonomi sedang bergejolak, dan kemarin bisa melewati masa Covid-19 dengan baik,” ujarnya kepada awak media usai agenda fit and proper test calon Gubernur BI, Senin (20/3/2023).
Eriko menyampaikan bahwa seorang calon Gubernur BI harus mendekati sempurna, karena harus menghadapi tantangan ke depan jauh lebih berat.
Menurutnya, kemampuan Perry terlihat dari kinerjanya dalam melewati masa Covid-19 dan dapat dilalui dengan kerja sama berbagai pihak terutama DPR, KSSK, Menteri Keuangan, LPS, hingga OJK.
“Saat ke depan juga tantangan yang dihadapi jauh lebih berat, karena sekarang sudah terjadi krisis ada bank yang sudah collapse, di Eropa sudah ada,” tambahnya.
Baca Juga
Meski sudah terpilih secara aklamasi, nantinya Perry akan disahkan oleh pimpinan DPR dalam rapat paripurna masa sidang saat ini, untuk melanjutkan jabatannya memimpin Bank Indonesia.
Mengingat, masa jabatan Perry akan berakhir pada 23 Mei 2023 atau masih dua bulan lagi.
“Beliau [Perry Warjiyo] akan disahkan di rapat paripurna yang akan datang dan akan dilantik jadi gubernur periode 2023-2028,” ujarnya.
Sementara itu dalam fit and proper test, Perry menyampaikan akan mengimplementasikan 7 strategi dalam mengawal perekonomian nasional untuk lima tahun ke depan.
“7 strategi untuk kami bagaimana mengawal perekonomian naisonal untuk 5 tahun ke depan. Kami berkomitmen penuh untuk memperkuat konsistensi, inovasi, dan sinergi Bank Indonesia dalam memajukan perekonomian nasional ke depan,” ujarnya.
Melihat ke belakang, di awal Perry menjabat, dirinya langsung berhadapan dengan perang dagang AS-china, dan juga suku bunga yang naik hampir 9 kali sejak 2015 sehingga terjadi capital outflow yang sangat besar dan tekanan2 pelemahan.
Di bawah kepemimpinan Perry, Indonesia berhasil selamat dari ancaman krisis moneter. Masuk pada pandemi Covid-19, BI berkolaborasi dengan Kementerian Keuangan melalui burden sharing, di mana BI ikut membiayai krisis mulai dari ekonomi hingga kesehatan yang terjadi.