Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Sri Mulyani Full Senyum, Pendapatan Negara Rp419,6 Triliun per Februari 2023

Menkeu Sri Mulyani mencatat realisasi pendapatan negara tembus Rp410,6 triliun pada Februari 2023.
Menkeu Sri Mulyani sebelum menghadiri Ratas mengenai KEM dan PPKF Tahun 2024, di Kantor Presiden, Jakarta, Senin (20/02/2024). Dok. Humas Setkab/Rahmat.
Menkeu Sri Mulyani sebelum menghadiri Ratas mengenai KEM dan PPKF Tahun 2024, di Kantor Presiden, Jakarta, Senin (20/02/2024). Dok. Humas Setkab/Rahmat.

Bisnis.com, JAKARTA – Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyampaikan kinerja Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) hingga akhir Februari 2023 terus membaik. Hal itu Tercermin dari pendapatan negara yang terkumpul Rp419,6 triliun. 

Sri Mulyani menjelaskan bahwa raihan tersebut telah mencapai 17 persen dari target penerimaan atau pendapatan negara sepanjang dua bulan pertama tahun ini. Perolehan itu terdiri atas pajak, bea cukai, dan penerimaan negara bukan pajak. 

“Jadi, sampai dengan akhir Februari 2023, pendapatan negara tumbuh 38,7 persen dengan 17 persen total target pendapatan sudah kami kumpulkan,” ujarnya dalam konferensi pers yang dipantau secara daring, Selasa (14/3/2023). 

Sementara itu, belanja negara sampai dengan akhir Februari lalu telah mencapai Rp287,8 triliun atau 9,4 persen dari total belanja negara yang tertuang dalam APBN 2023.

Menurutnya, realisasi belanja ini mengalami peningkatan 1,8 persen dibandingkan tahun lalu. 

“Dengan demikian, surplus APBN pada akhir bulan Februari adalah sebesar Rp131,8 triliun. Jadi, APBN kita masih surplus secara total,” kata Sri Mulyani. 

Dalam kesempatan itu, Menkeu juga menyampaikan kondisi perekonomian terkini. Pertama, dia menyebutkan ekonomi negara-negara maju telah memperlihatkan perbaikan, yang tecermin dari indikator Purchasing Managers' Index (PMI) manufaktur.

Meski belum masuk ke zona ekspansi, perekonomian negara maju mulai pulih. PMI China, misalnya, sudah menembus angka ekspansi, yakni 51,6. Sementara itu, manufaktur Amerika Serikat (AS) berada pada posisi 47,3, sedikit melandai tetapi telah menunjukkan perbaikan. 

“Ini menggambarkan bahwa kegiatan manufaktur global sudah mulai membaik kalau dilihat dari slope, turun kemudian mulai terjadi perbaikan. Tentu salah satunya disumbangkan oleh China yang mengalami perbaikan cukup signifikan,” tuturnya. 

Di kawasan Asia, Indonesia masih berada di zona ekspansi dengan level PMI 51,2. Beberapa negara yang sempat mengalami kontraksi, seperti Vietnam juga telah membaik dan menembus angka 50. Adapun, Index PMI turut menunjukkan stabilitas pertumbuhan dari industri manufaktur. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper