Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Garap 2 Proyek, CNI Kelarkan 1 Proyek Smelter Nikel Tahun Ini

Proyek pengolahan nikel CNI Group itu  berada di Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara. Smelter CNI mendapatkan status Proyek Strategis Nasional atau PSN.
Briket nikel di fasilitas pengolahan komoditas tersebut di Australia./Bloomberg-Philip Gostelow
Briket nikel di fasilitas pengolahan komoditas tersebut di Australia./Bloomberg-Philip Gostelow

Bisnis.com, JAKARTA – PT Ceria Nugraha Indotama (CNI) Group menyiapkan dua smelter nikel yang salah satunya bakal rampung dibangun pada 2024.

Proyek CNI Group itu  mendapat status sebagai Proyek Strategis Nasional (PSN) dan Obyek Vital Nasional dari pemerintah, berada di Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara dengan nilai investasi sebesar US$2,31miliar setara Rp35,68 triliun.

Presiden Direktur CNI Group Derian Sakmiwata menerangkan permintaan pasokan nikel yang tinggi dari industri kendaraan listrik dunia sebagai bahan utama baterai listrik membuat kebijakan hilirisasi nikel menjadi pilihan yang tepat.

Derian memaparkan, smelter CNI Group yang sedang dibangun akan menggunakan dua teknologi utama. Pertama, teknologi Rectangular Rotary Kiln Electric Furnace (RKEF) dengan kapasitas 4×72 MVA, terdiri atas empat lajur produksi untuk mengolah bijih Nikel Saprolite.

Kedua, teknologi High Pressure Acid Leaching (HPAL) untuk mengolah bijih Nikel Limonite (Bijih Nikel kadar lebih rendah) untuk menghasil baterai kendaraan listrik.
 
“Smelter RKEF untuk lajur pertama kami targetkan selesai 2024, sedangkan HPAL kami targetkan selesai dan mulai produksi pada 2026,” jelasnya dalam keterangan, Sabtu (11/3/2023).

Derian merincikan, total kapasitas produksi dari smelter nikel RKEF ini nantinya dapat menghasilkan sekitar 252.000 ton Ferronickel (FeNi) dengan kandungan 22 persen nikel atau setara 55.600 ton nikel di dalamnya.

Sedangkan dari pengolahan HPAL akan memiliki kapasitas produksi sebesar 308.000 ton dalam bentuk Mixed Hydroxide Precipitate (MHP) yang di dalamnya terkandung 120.000 ton Logam nikel, dan lebih dari 12.500 ton kobalt.

“Produk FeNi ini dapat diolah lebih Ianjut untuk memproduksi Stainless Steel dan produk turunannya sesuai kebutuhan. Sementara MHP merupakan produk antara untuk diolah lebih lanjut menjadi nickel sulphate yang merupakan bahan baku utama prekursor baterai [material katoda]," katanya.

CNI saat ini sedang melakukan studi kelayakan mengolah lebih lanjut FeNi menjadi Nickel matte dan Nickel Sulphate, serta mengolah lebih kanjut MHP menjadi Nickel Sulphate. Selanjutnya Nickel Sulphate dari 2 jalur produksi tersebut akan diolah menjadi prekursor yang merupakan bahan baku utama baterai (material katoda dan anoda baterai).

Seluruh aktivitas industri CNI Group, kata Derian, menerapkan prinsip dan kaidah Environment, Social and Governance (ESG). CNI berkomitmen mengupayakan kegiatan produksi yang hijau dengan jejak karbon serendah mungkin. Bahkan CNI Group juga akan mengimplementasikan program dekarbonisasi dengan berpartisipasi dalam pasar karbon dengan melakukan perdagangan karbon (Carbon Trading).

“Kami berkomitmen penuh pada praktik berkelanjutan dan inovasi teknologi yang ramah lingkungan, mendukung Net Zero Emission pada tahun 2060 dan ikut ambil bagian dalam upaya mempercepat transisi energi hijau dan menghasilkan Green Product. Tentunya, CNI Group akan melakukan assessment terhadap jejak karbon untuk semua aktifitas, mulai dari aktifitas pertambangan sampai dengan pemurnian nikel dan kobalt,” paparnya.

Menurut Derian, sebagai perusahaan murni swasta nasional, upaya CNI Group dalam mewujudkan hilirasi nikel melalui pembangunan smelter sangat tidak mudah, karena membutuhkan pendanaan yang tidak kecil.

Namun, dengan dukungan pemerintah dan perbankan nasional termasuk BUMN, proyek smelter CNI Group akhirnya terwujud.

“Kami mendapatkan dukungan penuh dari Pemerintah dan sindikasi bank nasional seperti Bank Mandiri, Bank BJB, dan Bank Sulselbar dalam memberikan pembiayaan untuk pembangunan smelter line 1 RKEF CNI Group. Selain itu, peran PLN juga sangat penting dalam menjamin pasokan listrik bagi smelter kami baik untuk saat ini maupun dimasa yang akan datang,” imbuhnya.

CNI lanjutnya, mendukung penuh kebijakan hilirisasi Presiden Jokowi dan bertekad menjadi pemain integral dalam upaya Indonesia untuk menjadi pusat produksi kendaraan listrik dan baterai global.

"Karena itu, target pasar untuk produk turunan nikel dan cobalt yang dihasilkan dari smelter kami nantinya akan menyasar Eropa, Jepang, Korea Selatan [Korsel], dan India,” tuturnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Kahfi
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper