Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pascamerger, JICT Modernisasi Peralatan Bongkar Muat

Peralatan baru yang dipasang di dermaga akan menggantikan dua unit QCC lama yang sudah  melayani delapan dermaga yang dimiliki JICT.
Kapal CMA CGM Tage bersandar di dermaga JICT. Pascamerger, JICT melakukan peremajaan peralatan untuk mendukung aktivitas bongkar muat/Bisnis-Rivki Maulana
Kapal CMA CGM Tage bersandar di dermaga JICT. Pascamerger, JICT melakukan peremajaan peralatan untuk mendukung aktivitas bongkar muat/Bisnis-Rivki Maulana

Bisnis.com, JAKARTA — Kedatangan kapal-kapal raksasa seperti Von Humboldt pada akhir tahun lalu dan standardisasi pascamerger memacu Jakarta International Container Terminal (JICT) memodernisasi diri.

Pada Juni lalu, JICT mendatangkan dua Quay Container Crane (QCC) jenis Super Post Panamax buatan Sany Marine Heavy Industry, salah satu produsen derek terkemuka asal China.

Alat yang memiliki jangkauan 65 meter dan kapasitas sampai 65 ton ini juga sangat efisien dalam konsumsi bahan bakarnya.

Peralatan baru yang dipasang di dermaga ini akan menggantikan dua unit QCC lama yang sudah  melayani delapan dermaga yang dimiliki JICT.

Wakil Direktur Utama JICT Budi Cahyono mengatakan bahwa dengan tambahan peralatan yang menelan investasi US$15 juta (atau sekitar Rp230 miliar) tersebut, dapat meningkatkan produktivitas JICT.

“Kami percaya dengan modernisasi JICT mampu mempertahankan posisi sebagai gerbang utama ekspor-impor Indonesia,”ujarnya melalui keterangan resmi, Rabu (8/3/2023).

Selain memodernisasi peralatan untuk meningkatkan produktivitas, JICT juga menerapkan digitalisasi dan otomatisasi dalam seluruh operasi pelabuhan, mulai dari pintu gerbang hingga transaksi pembayaran.

“Kami sudah melakukan otomatisasi gerbang dengan JICT Auto Gate System (JAGS) dikombinasikan dengan aplikasi Truck ID sejak 2016. Dua tahun kemudian, aplikasi ini diterapkan di seluruh gerbang Pelabuhan Tanjung Priok,” kata Budi Cahyono.

Seluruh proses operasional di terminal juga menggunakan sistem yang dinamakan NGen. Seluruh proses, mulai dari perencanaan hingga pelaksanaannya di lapangan, sudah terintegrasi. Sistem ini dipakai di semua pelabuhan Hutchison Port Holding (HPH) di seluruh dunia.

Komposisi pemegang saham  JICT yang dimiliki oleh PT Pelabuhan Indonesia (Persero) sebagai pemegang saham mayoritas JICT sebesar 51,0 persen dan , selebihnya dimiliki Hutchison Port Jakarta PTE Limited sebesar 48,9 persen   dan Koperasi Pegawai Maritim sebesar 0,1 persen.

Budi menceritakan, begitu ada pelanggan yang mengajukan order, otomatis operator di Head Truck dan RTGC bisa langsung bergerak. Sehingga, pengguna jasa bisa mendapatkan kepastian, termasuk lokasi kontainer mereka. Alhasil tidak ada ada lagi pelanggan yang bisa minta didahulukan, padahal datangnya belakangan. Sewaktu sistemnya masih manual, persoalan ini menjadi isu di terminal.

Sistem pembayaran biaya ekspor-impor di JICT juga sudah bisa dilakukan secara online menggunakan aplikasi Web Billing (WEBI) atau Mobile Apps berbasis Android. Pengguna jasa tak perlu lagi datang ke pelabuhan untuk melakukan pembayaran.

“Dulu mereka harus membawa uang ratusan juta rupiah hanya dalam tas kresek. Sekarang mereka bisa melakukannya melalui ATM atau internet banking bank-bank pemerintah,” kata Budi Cahyono lagi.

 Menurut Budi Cahyono, pemanfaatan teknologi informasi (IT), termasuk aplikasi digital, di JICT berhasil memperlancar dan mempercepat arus barang, baik dari kapal ke Head Truck atau sebaliknya maupun di dalam terminal penumpukan (container yard).

 Sampai November 2022, arus barang di JICT mencapai 1.826.053 TEUs.

“Sampai akhir tahun, kita perkirakan bisa mencapai total arus barang di atas dua juta TEUs,” kata Budi

Jumlah ini sedikit lebih rendah dibandingkan throughput 2021 yang mencapai 2.037.518 TEUs, tapi masih lebih besar dibandingkan 2020 yang hanya 1.805.321 TEUs. Arus barang pada 2020 itu turun 13,4 persen akibat Covid-19.

Yukki Nugrahawan Hanafi, Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI) mengatakan, tambahan crane baru tersebut akan dapat meningkatkan level of service JICT.

“Kualitas dan produktivitas arus barang akan meningkat. Layanan JICT juga akan lebih cepat. Hal ini akan menguntungkan para pengguna jasa,” kata Wakil Presiden Direktur Interport, anak perusahaan Indika Energy ini.

Karena itu, kata Yukki Nugrahawan Hanafi, diperlukan kolaborasi yang melibatkan pengelola pelabuhan seperti Pelindo atau operator terminal peti kemas seperti JICT, seluruh pengguna jasa di pelabuhan, baik di level nasional maupun global, serta 18 kementerian dan lembaga yang terlibat dalam ekosistem logistik nasional.

“Efisiensi waktu merupakan kunci bagi semua stakeholder pelabuhan untuk membentuk ekosistem pelabuhan seperti yang diinginkan pemerintah dengan adanya National Logistics Ecosistem,” kata Yukki.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper