Bisnis.com, JAKARTA - Perhimpunan Hotel dan Restoran Indoensia (PHRI) membenarkan adanya lonjakan tingkat penghunian kamar atau okupansi hotel di Kalimantan Timur yang dipicu pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara.
Wakil Ketua Umum PHRI Bidang Hotel Iswandi Said mengatakan, aktivitas yang dilakukan pemerintah untuk mempersiapkan pembangunan infrastruktur tahap awal di IKN memicu kenaikan okupansi hotel.
Adapun, lonjakan okupansi hotel mulai terlihat sejak semester II/2019 ketika isu pemindahan ibu kota bergulir. Dari semula 47,90 persen pada Januari 2019 melonjak ke angka 57,83 persen pada Juli 2019.
"Saat ini betul okupansi naik karena ada pembangunan IKN, kegiatan kunjungan pemerintah dan kementerian ke Kalimantan Timur untuk persiapan IKN," kata Iswandi kepada Bisnis, Jumat (3/3/2023).
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pada Januari 2023, tingkat penghunian kamar hotel di Kalimantan Timur mencapai 53,52 persen atau tertinggi kedua setelah DI Yogyakarta sebesar 58,21 persen.
Namun, secara month-to-month, angka tersebut turun dibandingkan Desember yang mencapai 67,52 persen. Adapun, okupansi hotel di kawasan tersebut kembali melonjak pada Oktober 2022 dari 60,25 persen menjadi 64,20 persen.
Baca Juga
"Tapi di Kalimantan Timur ini bukan di wilayah di IKN-nya sendiri karena belum ada hotel, jadi banyaknya di Balikpapan dan Samarinda," jelasnya.
Iswandi memprediksi kebutuhan akan penerbangan dan akomodasi tempat hunian akan terus diperlukan seiring dengan masifnya kunjungan dan pembangunan di IKN Nusantara, khususnya untuk di kawasan peyangga.
Lebih lanjut, Iswandi melaporkan anggota PHRI pun telah menunjukkan minat untuk membangun bisnis hotel di IKN meski belum memberikan pernyataan khusus. Dari sisi swasta, dia melihat ada banyak pembangunan hotel yang mulai digencarkan di wilayah sekitar IKN.
Diberitakan sebelumnya, Ketua PHRI Balikpapan Sahmal Ruhip mengatakan, hotel melati atau hotel berbintang satu di kawasan IKN mengalami peningkatan yang signifikan.
Menurutnya, kamar hotel-hotel melati di kawasan Sepaku, Kabupaten Kutai Kartanegara, yang dekat dengan pembangunan IKN telah habis.
“Kamarnya nggak ada dan harganya sudah Rp300.000 sampai Rp400.000 atau 100 persen. Padahal, kalau keadaan harga paling Rp150.000-Rp200.000,” terangnya, beberapa waktu lalu.
Adapun, dia mengungkapkan bahwa proyek pembangunan IKN terbukti menggerakkan ekonomi, khususnya bagi masyarakat sekitar Kota Balikpapan dan Kabupaten Penajam Paser Utara.
“Sangat membantu sekali [pembangunan IKN]. Bagaimanapun kota Balikpapan dan Samarinda adalah terasnya IKN, semoga ke depannya lebih baik lagi,” terangnya.