Bisnis.com, JAKARTA – Pemerintah menargetkan inflasi pangan bergejolak (volatile food) dapat terjaga pada kisaran 3 hingga 5 persen pada tahun ini.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyampaikan bahwa upaya pengendalian harga terus diupayakan pemerintah, terutama pada periode menjelang Ramadan dan Idulfitri, guna menjaga ekspektasi inflasi dan inflasi umum.
Dia menjelaskan, upaya tersebut salah satunya dilakukan dengan menjaga ketersediaan beras. Hal ini disampaikannya dalam Konferensi Pers High Level Meeting Tim Pengendali Inflasi Pusat (TPIP), Senin (20/2/2023).
“Yang dibahas tadi juga [dalam rapat TPIP] terkait volatile food, utamanya di hari besar keagamaan dan secara khusus kita bicara mengenai ketersediaan beras dan target inflasi volatile food pada kisaran 3 hingga 5 persen,” katanya.
Berdasarkan Survei Penjualan Eceran Bank Indonesia, responden memperkirakan tekanan inflasi akan meningkat pada periode Ramadan, tercermin dari Indeks Ekspektasi Harga Umum (IEH) Maret 2023 yang tercatat sebesar 139,1, naik dibandingkan dengan Februari 2023 sebesar 134,6.
Sementara untuk keseluruhan 2023, pemerintah optimistis tingkat inflasi umum akan terjaga pada kisaran 2 hingga 4 persen, jauh lebih rendah dari tingkat inflasi pada akhir 2022 yang mencapai 5,51 persen.
Baca Juga
Pemerintah, imbuh Airlangga, akan terus menggalakkan Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP), bekerja sama dengan BI dan pemerintah daerah.
Selain itu, kegiatan pasar murah, kerja sama antar daerah, subsidi ongkos angkut, gerakan tanam cabai, replikasi modal bisnis, penguatan digitalisasi dan koordinasi, juga akan terus dilanjutkan.
“Ke depan, pemerintah dan BI, baik pusat maupun daerah, terus mendorong sinergi agar inflasi IHK [Indeks Harga Konsumen] dan inti tetap dalam sasaran 2023. Ini merupakan momentum untuk mendukung pemulihan ekonomi nasional dan inflasi yang terjaga diharapkan menjadi pondasi perekonomian di 2023,” pungkasnya.