Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Lolos dari Resesi! Ekonomi Jepang Tumbuh 0,6 Persen Kuartal IV/2022

Produk domestik bruto (PDB) Jepang naik 0,6 persen pada kuartal IV/2022 setelah mengalami kontraksi pada kuartal sebelumnya.
Gunung Fuji terlihat di balik gedung-gedung ketika seorang pengunjung melihat dari dek observasi di Tokyo, Jepang, Jumat, 11 Januari 2019./Bloomberg
Gunung Fuji terlihat di balik gedung-gedung ketika seorang pengunjung melihat dari dek observasi di Tokyo, Jepang, Jumat, 11 Januari 2019./Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA - Ekonomi Jepang selamat dari resesi setelah rebound pada kuartal IV/2022 dari kontraksi pada kuartal sebelumnya.

Berdasarkan data kantor Kabinet yang dirilis Selasa (14/2/2023), produk domestik bruto (PDB) Negeri Sakura ini naik 0,6 persen pada kuartal IV/2022 dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/yoy).

Ekonomi Jepang juga naik 0,2 persen dibandingkan kuartal III/2022 (quarter-to-quarter/qtq).

Di sisi lain, kenaikan ini jauh lebih kecil dari perkiraan dan menunjukkan perlambatan ekonomi global masih berdampak pada pemulihan negara yang bergantung pada ekspor ini.

Kenaikan PDB jauh lebih kecil daripada proyeksi median analis yang memperkirakan kenaikan 2 persen.

Konsumsi swasta, yang menyumbang lebih dari setengah PDB Jepang, naik 0,5 persen pada kuartal IV/2022, sesuai dengan perkiraan analis. Permintaan eksternal berkontribusi 0,3 poin persentase ke pertumbuhan PDB.

Ekonom Jepang di Capital Economics Darren Tay memperkirakan perdagangan bersih masih akan menyeret Jepang ke dalam resesi di semester pertama negara-negara maju lainnya yang sedang menuju resesi.

“Hal ini karena investasi bisnis melemah lebih cepat daripada yang kami perkirakan," ungkapnya.

Di sisi lain, belanja modal turun 0,5 persen, lebih besar dari perkiraan pasar sebesar minus 0,2 persen.

Kepala ekonom Daiwa Securities Toru Suehiro mengatakan rebound ini tidak terlalu mengesankan jika dilihat dari pertumbuhan negatif di kuartal III/2022.

"Kami memperkirakan konsumsi meningkat seiring dengan stabilnya belanja jasa. Namun sulit untuk memproyeksikan pemulihan yang kuat karena tekanan dari kenaikan inflasi," katanya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper