Bisnis.com, JAKARTA — PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) tengah mempelajari sejumlah peluang akuisisi lapangan migas marjinal seiring dengan pelunakan harga minyak mentah awal tahun ini.
Direktur & COO MEDC Ronald Gunawan mengatakan rencana akuisisi itu lebih cenderung pada lapangan-lapangan migas potensial yang ada di dalam negeri.
“Kita terus lihat di Indonesia dan di luar negeri, tapi mainly di Indonesia,” kata Ronald saat jumpa pers di Jakarta, Kamis (9/2/2023).
Ronald mengatakan MEDC memiliki ketertarikan untuk mengembangkan kembali lapangan-lapangan marjinal yang dianggap tidak menarik untuk dieksploitasi lebih lanjut oleh sebagian kontraktor.
Misalkan, dia mencontohkan, akuisisi lapangan PSC South Natuna Sea Block B PSC (SNSB) dari ConocoPhillips (COP) pada 2016 lalu. Saat itu, kata dia, aset SNSB dianggap tidak lagi menarik untuk dikembangkan lantaran kualitas reservoir yang tidak terlalu besar. Kendati demikian, MEDC belakangan berhasil meningkatkan produksi migas dari blok tersebut setelah alihkelola.
“Tahun 2019 kita drill 4 sumur eksplorasi dan semuanya discovery ini game changer buat kita, kita bisa operate aset itu sampai nanti 2028 dan seterusnya,” tuturnya.
Baca Juga
MEDC mengalokasikan belanja modal atau capital expenditure (capex) tahun ini mencapai sekitar US$370 juta atau setara dengan Rp5,59 triliun (asumsi kurs Rp15.109) untuk pengembangan portofolio bisnis di bidang migas hingga pembangkit.
Sebagian besar capex dialokasikan untuk pengembangan aset migas mencapai sekitar US$250 juta atau setara dengan Rp3,7 triliun. Sementara sisanya di kisaran US$110 juta atau setara dengan US$1,66 triliun untuk pengembangan pembangkit.
“Kita di Medco terus melihat kesempatan-kesempatan yang ada, tidak berarti tahun ini ada akuisisi, kalau ada aset yang ada di market, mana yang sejalan dengan bisnis objectives kita,” kata dia.
Sebelumnya, MEDC melaporkan produksi minyak dan gas (migas) mencapai di angka 161 mboepd pada kuartal III/2022 atau naik 73 persen jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
Adapun MedcoEnergi turut meningkatkan panduan produksi Migas setahun penuh di posisi 160 mboepd. Biaya produksi dipatok di kisaran US$7,2 per boe.
“Kemajuan yang baik juga dicapai pada pengembangan di Natuna dan Corridor termasuk penandatanganan Perjanjian Jual Beli Gas (PJBG) yang baru dengan Gas Supply Pte Ltd. (GSPL),” kata CEO MedcoEnergi Roberto Lorato melalui siaran pers, Kamis (1/12/2022).
Seperti diketahui, emiten migas milik konglomerat keluarga Panigoro itu mencetak peningkatan kinerja hingga September 2022 dengan kenaikan pendapatan hingga US$1,80 miliar atau setara dengan Rp27,53 triliun dan laba bersih melesat 614 persen.
Berdasarkan laporan keuangan perseroan di Bursa Efek Indonesia, sampai dengan September 2022 MEDC mencetak pendapatan mencapai US$1,80 miliar naik 89,11 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya senilai US$955,92 juta.
Pendapatan penjualan terbesar diraih dari kontrak penjualan minyak dan gas bumi sebesar US$1,71 miliar. Selanjutnya, kontrak penjualan listrik senilai US$24,15 juta, kontrak operasi dan jasa pelayaran US$20,19 juta, kontrak konstruksi menyumbang pendapatan US$12,371 juta, dan kontrak penjualan jasa lainnya senilai US$7,39 juta.
Di sisi lain, peningkatan pendapatan juga meningkatkan beban pokok MEDC naik dari US$580,11 juta menjadi US$902,96 juta. Hal ini membuat laba kotor MEDC masih mencatat kenaikan dari US$375,80 juta sampai September 2021 menjadi US$904,81 pada September 2022.
Dari catatan tersebut MEDC juga mampu meraup laba bersih yang diatribusikan ke pemilik entitas induk melesat 614,39 persen dari sebesar US$56,12 juta pada sembilan bulan 2021, menjadi sebesar US$400,92 juta pada sembilan bulan 2022 atau setara dengan Rp6,10 triliun, (kurs BI September 2022 Rp15.232 per dolar AS).