Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Penjualan Apartemen Masih Tertahan, Tapi Kok Harga Jual Naik?

Sebagian pengembang mulai menaikkan harga jual apartemen meski penjualannya masih tertekan.
Apartement. Bisnis/Arief Hermawan P
Apartement. Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA - Penjualan apartemen di Jakarta masih tertekan hingga akhir 2022. Meski tertahan, sebagian pengembang mulai menaikkan harga jual untuk mempertahankan bisnis.

Associate Director Research & Consultancy Department Leads Property Services Indonesia, Martin Samuel Hutapea mengatakan tingkat penjualan di kuartal IV/2022 masih relatif stabil. Tingkat penjualan apartemen pada Kuartal IV/2022 sebesar 82,4 persen.

Menurutnya, penjualan di kuartal IV/2022 realtif stabil, mengingat penjualan selama 2 tahun terakhir berada di kisaran 82-83 persen dari total pasokan sejak 2021. Namun, dia tak memungkiri adanya keputusan dari sebagian pengembang untuk meningkatkan harga jual meski pemintaan pasar masih lambat.

"Mengikuti tren inflasi yang berdampak pada biaya konstruksi dan tenaga kerja, beberapa pengembang secara bertahap meningkatkan harga jual mereka," kata Martin dalam laporan Leads Property Jakarta Market Insight Q4 2022, Kamis (2/2/2023).

Berdasarkan data Leads Property, harga apartemen di Central Business District (CBD) Jakarta akan tembus Rp56,1 juta meter persegi atau naik 0,8 persen dari kuartal sebelumnya.

Sementara itu, harga jual apartemen di prime area tumbuh 1,4 persen secara kuartalan yakni sebesar Rp47,2 juta per meter persegi. Harga yang kian tinggi membuat apartemen lebih cocok untuk end user dan investor jangka panjang.

Dari segi pasokan, apartemen Jakarta mengalami pertumbuhan karena ada penambahan 2 proyek baru. Dengan adanya proyek baru, pasokan apartemen di Jakarta akan bertambah 840 unit di kuartal keempat 2022. Adapun, 2 proyek tersebut yaitu Apartemen Kizo dan PIK Adriya.

"Pasokan kumulatif keseluruhan mencapai 259.012 unit dan Jakarta Selatan mendominasi dalam hal distribusi pasokan kondominium karena popularitas kawasannya," ujarnya.

Sementara, dari segi permintaan apartemen tidak begitu mengalami pergerakan yang signifikan. Di akhir 2022, angka permintaan tumbuh 0,2 persen atau 440 unit dari kuartal sebelumnya, sehingga total permintaan mencapai 213.327 unit.

Lebih lanjut, Martin memperkirakan ketidakpastian di tengah ancaman resesi global dan melemahnya nilai tukar rupiah akan memperlambat permintaan kondominium. 

"Pengembang mungkin ingin mempercayakan sebagian volume stok yang tersisa kepada operator dan manajemen pihak ketiga untuk apartemen untuk disewakan atau dijual," jelasnya. 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper