Bisnis.com, JAKARTA – Bank Indonesia melaporkan bahwa kinerja industri manufaktur Indonesia mengalami perlambatan pada kuartal keempat 2022.
Hal ini tercermin dari Prompt Manufacturing Index (PMI) BI yang tercatat sebesar 50,06 persen pada kuartal I/2022, lebih rendah dari 53,71 persen pada kuartal sebelumnya. Rentang ini, meski turun masih dalam fase ekspansi.
“Ekspansi terjadi pada mayoritas komponen pembentuk PMI-BI, terutama volume total pesanan, volume persediaan barang jadi, dan volume produksi,” kata Kepala Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono dalam keterangan resmi, Jumat (13/1/2023).
Bank Indonesia menggunakan 50 sebagai garis tengah. Capaian di bawah 50 menunjukkan terjadinya pelemahan, sedangkan indeks di atas 50 menunjukkan terjadi ekspansi.
Jika dirincikan, berdasarkan komponen pembentuknya, volume produksi tercatat melambat dengan indeks sebesar 50,29 persen pada kuartal IV/2022, lebih rendah dari 57,12 persen pada kuartal III/2022.
Perlambatan produksi terjadi pada subsektor makanan, minuman, dan tembakau, semen dan barang galian non logam, alat angkut, mesin dan peralatannya, serta kertas dan barang cetakan.
Baca Juga
Sementara itu, subsektor barang kayu dan hasil hutan lainnya, pupuk, kimia dan barang dari karet dan logam dasar besi dan baja turun, berada pada fase kontraksi.
Pada komponen penggunaan tenaga kerja, Bank Indonesia juga merekam terjadi penurunan dan berada pada fase kontraksi, dengan indeks sebesar 46,68 persen, turun dari level 50,32 persen pada kuartal sebelumnya.
Penurunan tenaga kerja terjadi pada mayoritas subsektor, kecuali subsektor semen dan barang galian non logam serta kertas dan barang cetakan yang melambat namun masih berada pada fase kontraksi.
Berdasarkan subsektornya, ekspansi terjadi tenaga kerja terjadi pada subsektor semen & barang galian nonlogam, tekstil, barang kulit dan alas kaki, alat angkut, mesin dan peralatannya, kertas dan barang cetakan, serta makanan, minuman, dan tembakau.
Subsektor yang mengalami penurunan dan perada pada fase kontraksi adalah barang kayu dan hasil hutan lainnya, logam dasar besi dan baja, serta pupuk, kimia, dan barang dari karet.
Erwin mengatakan, perkembangan PMI-BI pada kuartal IV/2023 sejalan dengan perkembangan kegiatan sektor industri pengolahan sebagaimana hasil survei kegiatan dunia usaha (SKDU) BI yang masih tumbuh meski melambat, dengan saldo bersih tertimbang sebesar 1,04 persen.