Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Operator Bandara Optimistis Torehkan Rapor Hijau pada 2023

Badan Usaha Milik Negara (BUMN) pengelola bandara optimistis mampu membalikkan kinerja keuangan yang memerah pada 2023 akibat diterjang badai Covid-19.
Penumpang pesawat berada di Terminal 3 Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Banten, Kamis (22/12/2022). Bisnis/Himawan L Nugraha
Penumpang pesawat berada di Terminal 3 Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Banten, Kamis (22/12/2022). Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA — Badan Usaha Milik Negara (BUMN) pengelola bandara optimistis mampu membalikkan kinerja keuangan pada tahun ini.

Para pengelola bandara sempat merasakan kontraksi akibat pandemi Covid-19 dan terbatasnya mobilitas masyarakat.

Baik PT Angkasa Pura I (persero) maupun  PT Angkasa Pura II (Persero) meyakini mobilitas masyarakat kembali meningkat pada 2023, setelah menutup 2022 dengan target jumlah penumpang yang melebihi ekspektasi.

Direktur Utama AP I Faik Fahmi menargetkan pergerakan jumlah penumpang pada tahun ini lebih tinggi dibandingkan dengan realisasi pada 2022.

Sepanjang 2022, AP I mencatat telah melayani lebih dari 52,294 juta pergerakan penumpang di 15 bandara yang dikelola.

Jumlah ini mengalami pertumbuhan sebesar 84 persen jika dibandingkan dengan jumlah pergerakan pada periode tahun 2021 yang sebanyak lebih dari 28,466 juta pergerakan penumpang.

"Kami menargetkan untuk melayani sebanyak 68 juta pergerakan penumpang pada 2023 ini, atau tumbuh 31 persen lebih tinggi dibandingkan realisasi jumlah pergerakan penumpang pada 2022 lalu,” ujarnya, Rabu (11/1/2023).

Faik meyakini pertumbuhan jumlah penumpang ini bakal menjadi momentum perseroan untuk memperbaiki kinerja keuangan yang membuat perseroan belum meraup untung hingga 2022.

Berdasarkan peforma kinerja AP I sepanjang 2022 memang jauh melebihi ekspektasi.

Faik menyebut dari sisi arus kas atau cash flow sudah mulai positif, begitupun dengan kondisi EBITDA. Namun, sayangnya perseroan masih mencatatkan kerugian.

Per Oktober 2022, AP I bahkan masih mencatatkan kerugian operasi hingga Rp813 miliar.

Fia memastikan pada 2023, kinerja keuangan AP I sudah mampu membukukan laba. Meski demikian laba tersebut belum akan sebesar seperti yang dicetak pada periode sebelum pandemi.

“Yang jelas di AP I sendiri, kami memastikan pada 2023 harus lebih baik. Artinya kalau secara finansial, kami pada 2023 udah mulai untung atau positif,” tuturnya.

Dari 15 bandara yang telah dikelola perseroan, kontributor pendapatan terbesar AP I masih berasal dari Bandara I Gusti Ngurah Rai di Bali, Bandara Juanda di  Surabaya, Bandara Hasanuddin di Makassar, dan Bandara SAMS Sepinggan di Balikpapan.

Dia memperkirakan pada 2023, sebanyak empat bandara tersebut tingkat pemulihan penumpang relatif lebih cepat dibandingkan bandara lain.

Oleh karenanya perseroan harus bisa memastikan kesiapan sebanyak empat bandara tersebut dalam mengakomodir kembali pergerakan penumpang  yang signifikan, baik untuk penumpang domestik maupun internasional. 

 “Isu terkait keterbatasan kapasitas bandara Bali dan Juanda, Surabaya ini yang akan kami fokuskan pada 2023. Kita optimalkan bandara utama yang ada di AP I agar bisa mempercepat trafik, tekannya.

Menghadapi 2023, AP I juga bersikap lebih tenang, karena selama pandemi,  telah berhasil meningkatkan kapasitas penumpang di beberapa bandara kelolaannya.

Misalnya untuk bandara di Yogyakarta International Airport (YIA), Banjarmasin, hingga Ambon.

Dengan adanya pagebluk juga, AP I telah mengubah ini merubah strategi dalam dengan pengembangan bandara, termasuk meningkatkan pergerakan bandara dengan memanfaatkan mitra strategis.

Keberadaan strategic partner tersebut diharapkan bisa mempercepat pemulihan, tidak hanya dalam hal pengelolaan bandara, tapi juga pemanfaatan aset di sekitar bandara.

Operator bandara pelat merah tersebut tengah mempertimbangkan aset perseroan yang sudah berstatus clean and clear  untuk melakukan kerja sama dengan strategic partner.

Dia mencontohkan untuk bandara YIA ada sekitar 84 hektar tanah yang akan dikembangkan menjadi aerocity.

Mengingat bandara yang bisa didarati pesawat terbesar dengan landasan pacu yang lebih besar.

Dalam strategi yang telah disusun dalam RKAP 2023, AP I telah menyiapkan strategi yang realistis.

Faik memperkirakan salah satu faktor yang berpengaruh panjang dan signifikan adalah dampak perang Ukraina terhadap harga avtur.

Imbasnya, dia  mengkhawatirkan kenaikan tiket tiket pesawat yang berujung terhadap penurunan jumlah penumpang.

“Poin Kritisnya adalah ekonomi global ada resesi sudah masuk dalam skenario kita.  Mudah-mudahan 2023 juga kondisinya masih bagus. Kalau dilihat kondisi sekarang udah mulai membaik dari pandemi. Kecuali nanti ada kondisi luar biasa lagi yang kita nggak pernah tahu,” tekannya.

Sementara itu, AP II menetapkan proyeksi optimistis bisa melayani sebanyak 73 juta penumpang sepanjang 2023 atau naik 16 persen dibandingkan dengan realisasi 2022.

Direktur Utama AP II Muhammad Awaluddin menuturkan target itu meningkat dari capaian sepanjang 2022 yang disebut mencapai sekitar 62 juta penumpang.

“Untuk 2023, kami planning untuk forecast di sekitar 73 juta, itu proyeksi optimis,” ujarnya.

Awaluddin mengatakan pengelola bandara bakal menambah slot penerbangan yang beroperasi pada 2023, baik dengan membuka rute-rute baru maupun rute lama yang sempat nonaktif selama pandemi pandemi.

Selain itu, upaya untuk mencapai target pada 2023 akan didorong dengan penambahan frekuensi penerbangan maskapai di bandara kelolaan AP II.

Awaluddin juga membeberkan rencana adanya penambahan maskapai yang akan masuk ke Bandara Banyuwangi.

Rencananya, maskapai Super Air Jet bakal membuka penerbangan dari dan ke Bandara Banyuwangi, menyusul Batik Air dan Citilink.

Tidak hanya untuk penerbangan domestik tetapi juga harus didorong peningkatan penerbangan rute internasional.

“Operator bandara harus terukur untuk melihat seberapa besar potensi penerbangan yang akan masuk ke Indonesia baik turis atau pelaku usaha, karena jangan sampai terlupakan contoh pengaturan slot tidak rapi dan terjadi penumpukan,” ujarnya.

Direktur Pelayanan dan Komersial AP II Mohammad Rizal Pahlevi mengatakan ke depan bakal menyeimbangkan porsi bisnis aeronautika maupun nonaeronautika perseroan.

Dia menyebut porsi pendapatan dari aeronautika masih lebih tinggi yakni 55 persen, sedangkan porsi non-aeronautika 45 persen.

Padahal, sebelum pandemi, sumber pendapatan perseroan dari bisnis non -eronautika, sempat mencapai 53 persen sementara itu porsi aeronautika sebesar 47 persen.

“Jadi, berikutnya kita juga ajak [mitra] bisnis di AP II itu untuk harus menguntungkan,” tegasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper