Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Mal Sepi di Jakarta, Sebaiknya Alih Fungsi atau Ubah Konsep?

Konsultan properti menyampaikan usulan kepada pengelola pusat perbelanjaan atau mal yang sepi di Jakarta. Apa usulannya?
Kondisi terkini Mal Blok M yang sepi penyewa dan pengunjung, Minggu (8/1/2023). BISNIS/Afiffah Rahmah Nurdifa.
Kondisi terkini Mal Blok M yang sepi penyewa dan pengunjung, Minggu (8/1/2023). BISNIS/Afiffah Rahmah Nurdifa.

Bisnis.com, JAKARTA - Sebagian pusat perbelanjaan atau mal di kota Jakarta masih mengalami masa sulit akibat minimnya tingkat kunjungan dan keterisian ruang oleh penyewa atau tenant.

Beberapa mal di kawasan Jakarta yang masih sepi misalnya Plaza Semanggi, Ratu Plaza, dan Mal Blok M. Padahal, mal-mal tersebut sempat populer pada masanya. Lantas, apakah pengelola dapat mengalihfungsikan pusat perbelanjaan sepi menjadi bisnis properti lain?

Senior Research Advisor Knight Frank Indonesia, Syarifah Syaukat, mengatakan, untuk dapat melakukan alih fungsi maka pengelola perlu melakukan due diligence. Artinya, antara pengelola dan investor melakukan uji tuntas atau audit untuk mengantisipasi risiko akan keputusan tersebut.

"Terkait alih fungsi, pengelola harus melakukan due diligence untuk melihat peluang yang ada, mengingat pengelola perlu mempertimbangkan zonasi ruang, fasilitas penunjang, peluang usaha, dan tentu saja biaya redesign ruangan," kata Syarifah kepada Bisnis, Rabu (11/1/2023).

Dia menuturkan, pusat perbelanjaan yang kesulitan untuk meningkatkan traffic, maka pengelola perlu mencari inovasi, mengingat ruang ritel saat ini berkembang tidak hanya menjadi ruang transaksi, tetapi juga ruang interaksi sosial.

"Memasuki tahun 2023, konsumen ritel diberikan alternatif dengan model ruang ritel baru berkonsep alfresco, yang mengusung konsep makan bersama di luar ruangan," jelasnya.

Pada 2023, Syarifah memperkirakan secara umum, pascapencabutan PPKM, akan ada peningkatan traffic pengunjung di pusat perbelanjaan, dengan asumsi kapasitas tidak lagi dibatasi dan berlaku normal.

Apalagi, dia melihat masih ada beberapa pusat perbelanjaan yang cenderung menahan kenaikan harga sewa, guna meningkatkan permintaan okupansi dari para tenant. Meski, tak menutup kemungkinan akan ada kenaikan jika pasokan mulai terbatas.

"Namun, saat ini diindikasikan adanya peningkatan service charge pada beberapa pusat perbelanjaan, karena meningkatnya biaya maintenance listrik, air bersih, dan lain-lain," tuturnya.

Senada, Ketua Umum Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI), Alphonzus Widjaja, mengatakan pusat perbelanjaan di era digitalisasi ini harus memberikan fungsi lain, lebih dari sekadar tempat belanja bagi masyarakat.

"Pusat Perbelanjaan harus dapat menyediakan dan memberikan journey atau experience kepada para pelanggannya. Bukan lagi hanya sekadar menyediakan ataupun memberikan sarana belanja saja," kata Alphonzus.

Menurutnya, kini mal harus dapat memiliki dan menyediakan tempat ataupun fasilitas untuk pelanggan melakukan interaksi sosial dengan sesamanya. 

Artinya, selain belanja, mal diarahkan untuk menjadi pemenuhan kebutuhan masyarakat akan interaksi sosial. Dalam hal ini, mal perlu menyediakan fasilitas tempat yang dapat menyatukan atau mempertemukan antarindividu.

"Namun tentunya tidak semua Pusat Perbelanjaan memiliki kemampuan untuk secepatnya melakukan perubahan, termasuk tentunya juga dalam hal pembiayaan," ujarnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper