Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Pertamax Turun, Erick Thohir: Pertalite Tak Berubah

Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir menegaskan harga Pertalite tak mengalami perubahan meski harga minyak mentah dunia melemah. Ini alasannya:
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir bersama Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati usai mengumumkan penurunan harga Pertamax di SPBU Pertamina M.T Haryono, Jakarta, Selasa (3/1/2023)/Bisnis-Nyoman Ary Wahyudi
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir bersama Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati usai mengumumkan penurunan harga Pertamax di SPBU Pertamina M.T Haryono, Jakarta, Selasa (3/1/2023)/Bisnis-Nyoman Ary Wahyudi

Bisnis.com, JAKARTA — Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir menegaskan pemerintah belum berencana untuk menurunkan harga jual bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi, seperti Pertalite dan Solar pada awal tahun ini.

Sikap itu disampaikan Erick setelah pemerintah bersama dengan PT Pertamina (Persero) sepakat untuk menurunkan harga BBM nonsubsidi, seperti Pertamax dan turunannya di tengah pelemahan harga minyak mentah dunia saat ini.

Erick beralasan harga Pertalite dan Solar subsidi masih berada di bawah harga keekonomian kendati harga minyak mentah mengalami pelemahan di level US$79 per barel. Oleh karena itu, harga Pertalite belum mengalami perubahan atau tetap sebesar Rp10.000 per liter dan Solar subsidi sebesar Rp6.800 per liter.

“Pertalite yang harga minyak dunia masih tinggi harga jual Rp10.000, itu masih dibantu pemerintah Rp1.100, jadi luar biasa pemerintah membantu masyarakat,” kata Erick saat konferensi pers di SPBU Pertamina M.T Haryono, Jakarta, Selasa (3/1/2023).

Di sisi lain, Erick menggarisbawahi, pelemahan minyak mentah dunia belakangan dipastikan ikut menurunkan biaya pembentuk sejumlah BBM nonsubsidi milik Pertamina tahun ini.

Kepastian itu diperoleh lewat proyeksi harga BBM nonsubsidi mendatang mengacu pada asumsi rata-rata minyak mentah dunia di level US$79 per barel. Proyeksi itu juga telah disepakati dalam rapat tiga menteri yang terdiri atas Menteri BUMN, Menteri Keuangan dan Menteri ESDM yang turut dihadiri Direktur Utama Pertamina pada akhir Desember 2022.

“Bagaimana harga BBM yang pasar salah satu Pertamax nanti ada macam-macam produknya, harga nanti yang hari ini Rp13.900 itu menjadi Rp12.800,” kata dia.

Dia berharap penyesuaian harga yang aktif dilakukan pemerintah mengikuti perkembangan harga minyak mentah dunia itu ikut menjaga perekonomian nasional di tengah kekhawatiran resesi global yang makin menguat belakangan ini.

“Ini akan kita dorong, 2023 ini ketika banyak negara resesi mudah-mudahan tekanan resesi dunia tidak terjadi di Indonesia,” tuturnya.

Data Bloomberg hingga Selasa (3/1/2023) 10.39 WIB, menunjukkan harga minyak mentah Brent berada di angka US$85,66 per barel untuk pengiriman Maret 2023. Harga itu mengalami penurunan 0,25 persen dari posisi perdagangan sebelumnya. 

Tren penurunan harga itu juga diikuti jenis minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak Februari 2023. Pada perdagangan hari ini, WTI dipatok dengan harga US$80,08 per barel atau turun 0,18 persen dari posisi sebelumnya.

Seperti diberitakan sebelumnya, PT Pertamina (Persero) memutuskan untuk menurunkan harga jual BBM nonsubsidi miliknya. Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati mengatakan penyesuaian harga itu bakal dilakukan mulai hari ini, Selasa (3/1/2023), pukul 14.00 WIB.

“Mulai jam 2 siang harga Pertamax akan turun dari Rp13.900 ke Rp12.800 demikian juga untuk produk-produk seperti Pertamax Turbo, Dexlite ini akan turun seperti dengan formula yang ditetapkan Kementerian ESDM,” kata Nicke saat konferensi pers di SPBU Pertamina M.T Haryono, Jakarta, Selasa (3/1/2023).

Kendati demikian, Nicke menegaskan, penyesuaian harga tidak bakal dilakukan untuk BBM subsidi seperti Pertalite dan Solar yang masih ditanggung pemerintah saat ini.

Nicke beralasan harga keekonomian dari dua jenis BBM subsidi itu relatif masih lebar yang belakangan ikut mengerek biaya subsidi pada APBN selama satu tahun terakhir.

“Solar dan Pertalite itu harganya tetap itu karena subsidi yang disalurkan pemerintah itu besar sekali, padahal kompetitor menjual lebih dari dua kali lipatnya,” kata dia.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper