Bisnis.com, JAKARTA - Arsjad Rasjid, Ketua Umum KADIN Indonesia mengatakan perekonomian Indonesia berada dalam posisi yang lebih baik jika dibandingkan dengan negara-negara lain di tengah gejolak perekonomian global tahun 2022. Hal ini dikarenakan ekonomi Indonesia masih berada dalam posisi yang stabil.
Menurut Arsjad, dalam dunia usaha, segala perubahan dapat terjadi dengan cepat. Inilah yang menyebabkan situasi dari sektor ekonomi dan bisnis akan terus menghadapi tantangan dan peluang di masa depan. Memasuki tahun 2023, ancaman badai resesi global merupakan salah satu resiko terberat yang harus dihadapi oleh setiap pengusaha.
Arsjad Rasjid Beberkan Kekuatan Fundamental Ekonomi Indonesia
“Tahun 2023 akan menjadi tahun yang tidak mudah karena masih ada gejolak ekonomi dan situasi global yang menantang. Pertumbuhan ekonomi global sendiri diprediksikan melambat, dari 2.9% ke 2.7% oleh IMF, banyak negara di dunia yang mengalami inflasi yang tinggi, serta ketegangan geopolitik yang belum kunjung usai,” ucap Ketua Umum KADIN Arsjad Rasjid.
Arsjad juga menambahkan, meski demikian, kita tidak perlu panik dan harus tetap optimis. Penting untuk diingat bahwa Indonesia pernah berhasil melewati krisis keuangan global 2008 tanpa masuk ke jurang resesi.
“Waspada boleh, tapi tidak perlu khawatir. Ditengah tantangan global di tahun 2022, Indonesia masih memiliki fundamental perekonomian yang kuat. Pertumbuhan ekonomi indonesia pada Kuartal III tahun 2022 mencapai 5.72% dan diperkirakan akan tumbuh setidaknya 4,8 - 5,0% pada tahun 2023. Inflasi Indonesia juga masih terkendali di angka 5.7% pada November 2022. Neraca perdagangan Indonesia pada triwulan 3 tahun 2022 juga surplus yaitu sebesar USD 14.92 miliar, atau tumbuh sebesar 12,58% (yoy),” ucap Arsjad.
Indonesia Perlu Dorong Hilirisasi di Beberapa Sektor Potensial
Arsjad Rasjid melihat Indonesia masih memiliki banyak ruang untuk mengeksplorasi potensi hilirisasi industri. Ia menambahkan, perlu adanya dorongan hilirisasi di berbagai sektor komoditas, terutama pertanian, perkebunan, kehutanan dan perikanan. Menurutnya sektor-sektor tersebut memiliki kontribusi besar pada perekonomian, dengan porsi ekspor yang belum maksimal.
“KADIN berharap pemerintah dan pelaku usaha dapat berkolaborasi untuk menciptakan nilai tambah sumber daya alam sehingga dapat meningkatkan nilai jual dan daya saing komoditas ekspor unggulan dalam negeri,” tegas Ketum KADIN tersebut.
Tahun 2023 bisa menjadi tahun yang transformatif apabila para pelaku usaha mampu mengidentifikasi peluang pasar yang tepat. Arsjad pun mencontohkan adanya peluang-peluang pasar di sektor-sektor seperti energi terbarukan dan kendaraan listrik.
Arsjad menegaskan, “Indonesia diberkahi dengan berbagai mineral dan potensi energi terbarukan. Kita harus melakukan hilirisasi supaya ada nilai tambah dan memacu pertumbuhan ekonomi. Hal ini perlu kita lakukan selain untuk menerjang potensi badai ekonomi juga untuk mewujudkan tujuan besar kita sebagai negara dengan ekonomi terbesar di dunia pada tahun 2045 dan mencapai net zero emission di 2060.”
Ketum KADIN Ajak Semua Elemen Kuatkan Pasar Domestik
Seluruh jajaran jajaran KADIN Indonesia optimis, bahwa pasar tahun 2023 dapat berjalan dan tumbuh secara positif. “KADIN optimis kondisi pasar tahun depan akan tumbuh sekitar 4-5%,” imbuhnya.
Memasuki tahun 2023, ancaman resesi global masih menjadi resiko terberat yang harus dihadapi oleh pengusaha. Berkurangnya permintaan global, terutama bagi industri berorientasi ekspor berdampak pada kinerja perusahaan yang akan berisiko untuk mengurangi beban operasional, salah satunya dengan PHK. Oleh karena itu, Indonesia harus dapat memaksimalkan pangsa pasar domestik dan memanfaatkan peluang-peluang yang ada untuk berkembang ditengah gejolak ekonomi global.
“Permintaan domestik Indonesia masih kuat, dimana berkontribusi sebesar 55% pada PDB Indonesia. Maka dari itu, selama daya beli konsumsi masyarakat dapat kita jaga, roda ekonomi Indonesia dapat terus berputar,” ucap Arsjad.
Menurut Ketum KADIN, dukungan dari pemerintah untuk penting untuk menjaga konsumsi dan daya beli masyarakat. “Pemerintah dapat memberikan bantuan tunai bagi masyarakat kurang mampu untuk menjaga daya beli. Juga insentif bagi pelaku usaha, terutama yang berbahan baku impor, agar tidak meningkatkan biaya produksi yang dapat mengakibatkan naiknya harga barang di pasar,” ujar Arsjad.
Pasar domestik harus turut diperkuat melalui akselerasi TKDN (Tingkat Komponen Dalam Negeri) dan P3DN (Peningkatan Penggunaan Produksi Dalam Negeri). Arsjad Rasjid juga mengatakan penguatan UMKM untuk mendukung rantai pasok dalam negeri juga sangat diperlukan untuk mensukseskan upaya ini.