Bisnis.com, JAKARTA - Inflasi Korea Selatan masih tinggi pada bulan Desember 2022. Kondisi ini semakin memantapkan bank sentral untuk menaikkan suku bunga acuan tahun depan menjelang akhir dari siklus pengetatan kebijakan moneternya.
Dilansir dari Bloomberg pada Jumat (30/12/2022), Kantor statistik Korsel mengungkapkan indeks harga konsumen (IHK) naik 5 persen pada Desember 2022 dari tahun sebelumnya (year on year/YoY), menyamai laju bulan November, sedangkan para ekonom memperkirakan inflasi mencapai 5,1 persen.
Masih stagnannya inflasi bulan ini terjadi setelah inflasi melambat tajam pada bulan November, sebagian besar karena efek dasar dari Bank of Korea (BOK).
Dalam kesempatan berbeda, BOK memperkirakan inflasi akan tetap sekitar 5 persen awal tahun depan. Bank sentral jelas akan tetap berada di jalur pengetatan selama inflasi tetap di kisaran 5 persen.
Analis pendapatan tetap di Shinhan Securities Ahn Jae-kyun mengatakan inflasi menurun dibandingkan dengan level tertinggi sebelumnya, tetapi tidak cukup cepat.
“Ini membuat BOK tidak punya banyak pilihan selain menaikkan (suku bunga acuan) lagi," tuturnya.
Baca Juga
BOK akan mengadakan pertemuan kebijakan pada 13 Januari 2023 dan diperkirakan akan mengeksekusi kenaikan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin menjadi 3,5 persen.
Tiga anggota dewan BOK memperkirakan level tersebut sebagai level suku bunga terminal, sedangkan dua anggota lainnya ingin tetap membuka kemungkinan kenaikan suku bunga acuan lebih lanjut.
“Data inflasi terbaru memperkuat kemungkinan bahwa siklus kenaikan akan berakhir bulan depan,” kata Ahn.
Pasalnya, berapa lama inflasi masih bertahan dan berapa lama lagi Federal Reserve (The Fed) melanjutkan kenaikan suku bunganya menjadi faktor-faktor kunci yang kemungkinan akan memengaruhi keputusan tahun depan.
Tingkat konsumsi yang sebelumnya terpendam telah menjadi salah satu pendorong yang menjaga inflasi tetap tinggi baik di Korea maupun Amerika Serikat (AS).
Sebelumnya, BOK menaikkan suku bunganya sebesar 50 basis poin pada dua pertemuannya tahun ini guna mempersempit perbedaan suku bunga dengan The Fed dan mengendalikan depresiasi won.
Bank sentral kemudian memperkecil kenaikan suku bunga pada pertemuan-pertemuan berikutnya. Keputusan ini menunjukkan bahwa para pejabat BOK ingin merekayasa pendaratan lunak atau soft landing perekonomian jika memungkinkan.
Pemulihan won juga telah mengurangi kebutuhan untuk melakukan pengetatan dengan cepat.