Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kaleidoskop 2022: Kenaikan Suku Bunga dan Rentetan Kebijakan Hawkish The Fed

Sepanjang tahun ini, The Fed telah tujuh kali menaikkan suku bunga acuan untuk mengekang laju inflasi yang mencapai level tertingginya dalam 41 tahun terakhir.
Gedung Federal Reserve Marriner S. Eccles di Washington, D.C., AS, Selasa, (23/8/2022). Bloomberg/Graeme Sloan
Gedung Federal Reserve Marriner S. Eccles di Washington, D.C., AS, Selasa, (23/8/2022). Bloomberg/Graeme Sloan

Bisnis.com, JAKARTA – Inflasi Amerika Serikat yang semakin memanas sejak awal tahun 2022, bahkan mencapai level tertingginya di pertengahan tahun, memaksa bank sentral Amerika Serikat Federal Reserve memperketat kebijakan untuk menjinakkannya.

Pada akhir kuartal I/2022 The Fed mengakhiri tren kebijakan suku bunga nolnya, setelah sebelumnya berencana mengurangi program stimulus pembelian obligasinya, atau yang dikenal sebagai tapering. Sepanjang tahun ini, The Fed telah tujuh kali menaikkan suku bunga acuan.

Berikut ini kilas balik kenaikan suku bunga The Fed sepanjang tahun 2022:

Maret 2022

Pada bulan Maret 2022, The Fed dalam rapat kebijakan Federal Open Market Committee (FOMC) memutuskan mengakhiri kebijakan suku bunga nol dengan menaikkan Fed Fund Rate (FFR) sebesar 25 basis poin (bps) ke kisaran target 0,25 – 0,5 persen. Ini merupakan kenaikan pertama sejak Maret 2020.

Dalam rapat kebijakan tersebut, The Fed mengisyaratkan akan mengurangi kepemilikan obligasi secara besar-besaran pada kecepatan maksimum US$95 miliar per bulan. Langkah The Fed ini merupakan pengetatan kredit di seluruh perekonomian karena bank sentral menaikkan suku bunga untuk mendinginkan inflasi terpanas dalam empat dekade.

Mei 2022

Kaleidoskop 2022: Kenaikan Suku Bunga dan Rentetan Kebijakan Hawkish The Fed

The Fed kembali mengumumkan kenaikan suku bunga 50 basis poin pada rapat FOMC, Rabu (4/5/2022) waktu AS. Kebijakan tersebut menjadikan kisaran FFR mencapai 0,75 – 1 persen.

Ini juga merupakan kenaikan paling agresif yang pernah dilakukan The Fed sejak tahun 2000. The Fed mengatakan bahwa kenaikan ini terpaksa ditempuh demi menetralisir kondisi inflasi AS.

Pada Maret 2022 inflasi AS telah mencapai 8,4 persen atau rekor tertinggi dalam 41 tahun terakhir. Tepatnya sejak Desember 1981.

"Inflasi sudah terlalu tinggi. Kami memahami dampak yang ditimbulkan, dan kami bergerak secepat mungkin untuk membuatnya turun lagi," tutur Gubernur The Fed Jerome Powell dalam pernyataan resminya saat itu.

Juni 2022

The Fed kali ini mengerek suku bunga acuan mereka sebesar 0,75 persen dan membawa kisaran suku bunga FFR menjadi 1,5-1,75 persen. Kenaikan suku bunga ini menjadi yang terbesar sejak 1994.

Selain menaikkan suku bunga, The Fed menyebutkan akan menyusutkan neraca besar-besaran dari semula US$47,5 miliar per bulan menjadi US$95 miliar pada bulan September 2022 mendatang.

Langkah agresif the Fed ini merupakan respons terhadap lonjakan inflasi yang mencapai level tertinggi sejak 41 tahun terakhir sebesar 9,1 persen yoy pada Juni 2022.


Inflasi AS sepanjang tahun 2022/tradingeconomics.com

Juli 2022

The Fed kembali menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin untuk dua bulan berturut-turut, sehingga FFR naik menjadi kisaran 2,25 persen -2,5 persen. Kenaikan terbaru ini membuat kenaikan kumulatif Juni-Juli menjadi 150 basis poin, atau kenaikan tertajam sejak era price-fighting saat The Fed dipimpin Paul Volcker pada awal 1980-an.

Berdasarkan keterangan resmi dari Washington, FOMC berkomitmen kuat untuk mengembalikan inflasi ke 2 persen, mengulangi pernyataan sebelumnya bahwa "sangat memperhatikan risiko inflasi."

September 2022

Untuk ketiga kalinya, rapat FOMC The Fed yang berlangsung 20-21 September 2022 memutuskan kenaikan kisaran suku bunga acuan Fed Fund Rate 75 bps menjadi 3 – 3,25 persen.

Dalam konferensi pers setelah keputusan suku bunga, Gubernur The Fed Jerome Powell mengatakan para pejabat The Fed sepakat untuk meningkatkan kebijakan ke tingkat yang akan cukup membatasi untuk mengembalikan inflasi ke target The Fed sebesar 2 persen.

Sementara itu, median prospek kenaikan suku bunga oleh pejabat The Fed, atau yang disebut dot plot, menunjukkan suku bunga acuan naik menjadi 4,4 persen pada akhir tahun, naik dari proyeksi pada Juni sebesar 3,4 persen.

Adapun proyeksi suku bunga untuk akhir tahun 2023 tetap pada 4,6 persen. Dot plot pada akhir tahun 2024 naik menjadi 3,9 persen dari 3,4 persen, sedangkan prospek suku bunga acuan jangka panjang tetap pada 2,5 persen.

November 2022

Rapat Federal Open Market Committee (FOMC) yang berlangsung 1-2 November 2022 waktu AS memutuskan kenaikan kisaran suku bunga acuan Fed Fund Rate 75 basis poin menjadi 3,75 – 4 persen.

Dengan keputusan ini, The Fed telah menaikkan suku bunga acuan 75 basis pada pertemuan keempat berturut-turut. Ini juga merupakan level suku bunga tertinggi sejak tahun 2008.

Menyusul keputusan ini, Powell juga mengisyaratkan bahwa bank sentral dapat memperlambat laju pengetatan moneter mengingat inflasi yang sudah turun dari puncaknya. Namun, dia juga menekankan bahwa sikap The Fed akan tetap sama dan tidak berubah dovish, mengingat inflasi masih tinggi.

Melunaknya agresivitas the Fed ini sejalan dengan data inflasi AS yang kembali melandai. Inflasi pada Oktober 2022 tercatat 7,7 persen pada September 2022 dari periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/yoy). Di sisi lain, inflasi inti yang menghilangkan komponen energi dan makanan mencapai 6,3 persen yoy.

Desember 2022

Kaleidoskop 2022: Kenaikan Suku Bunga dan Rentetan Kebijakan Hawkish The Fed

Setelah empat kali menaikkan suku bunga 75 basis poin, The Fed menurunkan laju kenaikannya namun tetap mengisyaratkan bahwa target kenaikan di tahun 2023 lebih tinggi dari yang diprediksi sebelumnya.

Dalam akhir pertemuan kebijakan FOMC yang berlangsung 13-14 Desember 2022, The Fed menaikkan suku bunga acuan sebesar 50 bps sehingga kisaran target FFR menjadi 4,25 - 4,5 persen.

Sementara itu, pejabat The Fed juga menaikkan median proyeksi suku bunga di dot plot sebesar 5,1 persen pada akhir tahun 2023, dan 4,1 persen pada tahun 2024.

Meningkatnya proyeksi ini didasarkan pada inflasi AS yang masih jauh di atas target 2 persen bank sentral, meskipun telah turun dari level tertingginya tahun ini. Inflasi AS tercatat mencapai 7,1 persen pada November 2022, terendah sepanjang tahun 2022.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper