Bisnis.com, JAKARTA - Bauksit merupakan bahan tambang mentah yang ketika dimurnikan dapat diperoleh alumina dan dilebur untuk membuat aluminium. Untuk menghasilkan satu ton alumina, diperlukan 2 hingga 3 ton bauksit.
Aluminium dari bauksit dapat digunakan untuk peralatan mesin, kelistrikan, bahan untuk kemasan, barang tahan lama, dan yang paling banyak digunakan untuk bahan bangunan dan konstruksi, serta transportasi. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat, setiap kendaraan listrik setidaknya mengandung 0,25 ton aluminium.
Tidak heran jika, Presiden Joko Widodo menegaskan pelarangan ekspor bauksit, lantaran Indonesia yang tengah menggalakkan pasar kendaraan listrik. Sehingga hilirisasi bauksit di Indonesia jelas akan lebih menguntungkan untuk transisi energi dan mengejaran target Net Zero Emission tahun 2060 mendatang.
Kepala Pusat Sumber Daya Mineral Batubara dan Panas Bumi Badan Geologi, Hariyanto mengungkap, bauksit termasuk satu dari tiga mineral yang paling dibutuhkan.
“Ada 3 mineral yang paling dibutuhkan untuk energi bersih saat ini, yang pertama terkait aluminium, grafit dan nikel. Nah ini mungkin ada erat hubungannya dengan electric vehicle (EV),” kata Hariyanto dalam acara 'The 1st Indonesia Minerals Mining Industry Conference-Expo 2022' dikutip dari laman Youtube Ditjen MInerba TV pada Kamis (22/12/2022).
Sebelumnya, setelah resmi mengumumkan pelarangan ekspor bauksit, Presiden Joko Widodo juga mengatakan bahwa dari industrialisasi bauksit di dalam negeri diperkirakan pendapatan negara akan meningkat dari Rp21 triliun menjadi sekitar Rp62 triliun.
Baca Juga
Terlebih Indonesia merupakan negara keenam produsen bauksit terbesar di dunia. Cadangan bauksit Indonesia sebanyak 4 persen dari total cadangan global. Total cadangan bauksit Indonesia per tahun 2021 berdasarkan data dari Kementerian ESDM adalah sebesar 3,2 milyar ton.