Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Sri Mulyani Bawa Kabar Terbaru, Harga CPO Anjlok Nih!

Simak pernyataan Menkeu Sri Mulyani soal harga CPO yang anjlok dalam beberapa waktu terakhir. Ini
Pekerja menata kelapa sawit saat panen di kawasan Kemang, Kabupaten Bogor, Minggu (30/8/2020). Badan Litbang Kementerian ESDM memulai kajian kelayakan pemanfaatan minyak nabati murni (crude palm oil/CPO) untuk pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD) hingga Desember 2020. Bisnis/Arief Hermawan P
Pekerja menata kelapa sawit saat panen di kawasan Kemang, Kabupaten Bogor, Minggu (30/8/2020). Badan Litbang Kementerian ESDM memulai kajian kelayakan pemanfaatan minyak nabati murni (crude palm oil/CPO) untuk pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD) hingga Desember 2020. Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA – Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyampaikan bahwa volatilitas harga komoditas masih menjadi salah satu faktor risiko bagi perekonomian Indonesia dan global. Hal ini menghantam komoditas primer Indonesia, termasuk crude palm oil atau CPO

Sri Mulyani mengatakan volatilitas harga komoditas memiliki dinamika yang sangat sulit diprediksi karena faktor ketegangan geopolitik yang masih terus berlangsung antara Rusia dan Ukraina.

Harga sejumlah komoditas terpantau masih tinggi, namun komoditas lainnya mengalami penurunan harga, salah satunya pada komoditas minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO), yang merupakan salah satu komoditas unggulan Indonesia.

“Beberapa menunjukkan kecenderungan penurunan, seperti harga gas alam, juga CPO turun dari puncaknya US$1.700 per ton sekarang US$800 per ton atau mendekati US$900 per ton, yang mana itu membaik dibandingkan sebelumnya yang sempat turun ke US$700 per ton,” katanya dalam konferensi pers APBN Kita, Selasa (20/12/2022).

Di samping itu, Sri Mulyani mengatakan tren harga gandum yang naik tajam akibat perang juga mencatatkan penurunan hingga saat ini mencapai sekitar US$740 per gantang (bushel).

Di sisi lain, komoditas batu bara masih mengalami peningkatan harga dan tetap bertahan pada level yang sangat tinggi dikarenakan situasi geopolitik dan musim dingin di negara-negara Eropa.

Sri Mulyani mengatakan, dengan berbagai kondisi tersebut harga energi menjadi sangat tidak mudah diprediksi, di mana pada satu sisi harga minyak mengalami penurunan karena ekonomi negara maju melemah dan dipicu oleh adanya pemberlakuan batas harga pada minyak Rusia.

Di sisi lain, musim dingin yang terjadi di Eropa dengan pasokan energi yang terkendala, sehingga menyebabkan alternatif energi, seperti batu bara mengalami peningkatan.

“Komoditas ini terutama yang berhubungan dengan pangan dan energi masih akan mewarnai perekonomian Indonesia dan global,” jelas Sri Mulyani.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper