Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ekspor Indonesia Melambat, Ekonom: Waspada Risiko Resesi Global!

Simak analisis ekonom soal kinerja ekspor Indonesia yang melambat dan risiko resesi global pada 2023.
Aktivitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (15/2/2022). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Aktivitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (15/2/2022). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA — Ekspor Indonesia pada November 2022 mencatatkan pertumbuhan yang melambat, menjadi 5,58 persen secara tahunan (year-on-year/yoy), jika dibandingkan dengan pertumbuhan bulan sebelumnya yang sebesar 12,30 persen yoy. Waspada risiko resesi global menghantui. 

Ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman mengatakan bahwa capaian tersebut menandakan pertumbuhan selama 25 bulan beruntun, namun dengan tingkat yang paling lambat sejak Juni 2020.

Dibandingkan dengan periode Oktober 2022, ekspor Indonesia pada November 2022 terkontraksi sebesar 2,46 persen (month-to-month/mtm).

Faisal mengatakan perlambatan pertumbuhan ekspor tersebut sejalan dengan penurunan harga komoditas. Pasalnya, sebagian besar ekspor Indonesia sangat terkait dengan komoditas.

Tiga komoditas ekspor teratas, yaitu bahan bakar mineral, lemak dan minyak hewan/nabati, serta mesin dan peralatan listrik masing-masing mencatatkan penurunan sebesar 4,30 persen, 16,62 persen, dan -4,29 persen secara bulanan.

“Kami melihat bahwa penurunan tersebut disebabkan oleh melemahnya permintaan global karena inflasi global melonjak, suku bunga kebijakan dinaikkan secara agresif, dan peningkatan kembali infeksi Covid-19 di beberapa negara menyebabkan penguncian,” katanya, Kamis (15/12/2022).

Berdasarkan negara tujuan utama, Faisal mengatakan ekspor nonmigas ke China dan Amerika Serikat (AS) tetap mencatatkan pertumbuhan, meski peningkatannya tidak terlalu besar, masing-masing naik 0,60 persen dan 1,56 persen secara bulanan.

Di sisi lain, ekspor nonmigas ke Jepang dan India mencatatkan penurunan, masing-masing sebesar -5.01 persen dan -23.65 persen secara bulanan.

“Selama kumulatif sebelas bulan pertama tahun ini, ekspor tumbuh lebih lemah sebesar 28,16 persen yoy, dibandingkan 42,62 persen yoy pada periode Januari-November 2021, menunjukkan bahwa risiko resesi global telah mengancam kinerja ekspor Indonesia ke depannya,” jelas Faisal.

Sementara itu, impor Indonesia pada November 2022 mengalami kontraksi sebesar -1,89 persen yoy, pertama kali sejak Januari 2021.

“Apakah hal itu menunjukkan perekonomian Indonesia sudah berada dalam siklus penurunan? Masih terlalu dini untuk mengatakannya, tetapi perlu tetap diwaspadai,” katanya.

Faisal mengatakan, kontraksi impor pada November 2022 sebagian besar disebabkan oleh penurunan impor migas di tengah penurunan harga minyak, tercatat turun 16,64 persen mtm, sedangkan impor nonmigas masih meningkat sebesar 2,45 persen mtm.

Berdasarkan penggunaannya, impor barang modal mencatatkan pertumbuhan sebesar 7,30 persen yoy, meski melambat dari bulan sebelumnya sebesar 28,47 persen yoy.

Lebih lanjut, impor bahan baku yang merupakan penyumbang impor terbesar turun -1,82 persen yoy dan barang konsumsi turun sebesar -16,20 persen yoy. Penurunan pada barang konsumsi kata Faisal terkait dengan melemahnya permintaan di tengah depresiasi nilai tukar rupiah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper