Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Batu Bara Diramal Kembali ke Level US$200 per Ton Tahun Depan

Harga batu bara bakal diperkirakan akan kembali ke level US$200 per ton seiring dengan prediksi perlambatan ekonomi global tahun depan.
Proses pemuatan batu bara ke tongkang di Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, Rabu (13/10/2021). Bloomberg/Dimas Ardian
Proses pemuatan batu bara ke tongkang di Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, Rabu (13/10/2021). Bloomberg/Dimas Ardian

Bisnis.com, JAKARTA — Harga batu bara bakal diperkirakan akan kembali ke level US$200 per ton seiring dengan prediksi perlambatan ekonomi global tahun depan.

Apalagi, kata Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede, permintaan batu bara dari sejumlah negara importir besar, seperti China diproyeksikan akan ikut terkoreksi di tengah perlambatan ekonomi dunia tersebut.

“Kami melihat memang ekspektasi berbagai harga komoditas ke depan cenderung tidak akan setinggi tahun 2022 ini, sejalan dengan prediksi perlambatan ekonomi global ke depan,” kata Josua saat dihubungi, Jumat (2/12/2022).

Kendati demikian, Josua mengatakan, pelemahan harga komoditas emas hitam itu belakangan justru terlihat meningkatkan kapasitas produksi industri domestik saat ini.

Menurutnya, harga batu bara dengan rentang US$150 per ton hingga US$200 per ton itu relatif cukup kompetitif untuk pengembangan bisnis batu bara domestik jika dibandingkan dengan harga sebelum pandemi.

Upside bagi industri batu bara domestik adalah investasi peningkatan kapasitas produksi yang cukup besar dilakukan hingga saat ini, terlihat dari kinerja penjualan alat berat tahun ini, dapat mendorong kinerja dari sisi volume,” kata dia.

Seperti diberitakan sebelumnya, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menetapkan HBA Desember 2022 di angka US$281,48 per ton atau turun 8,67 persen dari posisi bulan sebelumnya sebesar US$308,2 per ton.

Penurunan ini disebabkan karena India berencana untuk menurunkan kapasitas pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) mereka. Selain itu, kebijakan China dalam pengendalian Covid-19 turut berdampak terhadap penurunan permintaan batu bara yang signifikan hingga akhir tahun ini.

"Rencana India untuk menurunkan kapasitas PLTU dan penurunan permintaan batu bara China akibat kebijakan zero covid menyebabkan penurunan HBA bulan ini," kata Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik dan Kerja Sama (KLIK) Kementerian ESDM Agung Pribadi melalui siaran pers, Jumat (2/12/2022).

Adapun, pergerakan HBA sejak awal 2022 sempat menyentuh nilai tertinggi di level US$330,97 per ton pada Oktober lalu. Faktor geopolitik Eropa imbas konflik Rusia - Ukraina menyebabkan fluktuasi harga gas Eropa saat itu.

Di sisi lain, Agung mengatakan, produksi batu bara China yang mengalami peningkatan diimbangi dengan perlambatan perekonomian domestik menjadi faktor lain menurunnya HBA bulan ini.

HBA merupakan harga yang diperoleh dari rata-rata indeks Indonesia Coal Index (ICI), Newcastle Export Index (NEX), Globalcoal Newcastle Index (GCNC), dan Platt's 5900 pada bulan sebelumnya, dengan kualitas yang disetarakan pada kalori 6322 kcal/kg GAR, total moisture 8 persen, total sulphur 0,8 persen, dan ash 15 persen.

Nantinya, harga ini akan digunakan secara langsung dalam jual beli komoditas batu bara (spot) selama 1 bulan pada titik serah penjualan secara free on board di atas kapal pengangkut (FOB vessel).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper