Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

HBA Melemah, BUMI Optimistis Pendapatan Naik Dibanding Tahun Lalu

PT Bumi Resources Tbk. (BUMI) optimistis pendapatan dari penjualan batu bara hingga akhir tahun ini mampu tumbuh signifikan dari tahun lalu.
Operasional tambang batu bara kelompok usaha Bumi Resources./bumiresources.com
Operasional tambang batu bara kelompok usaha Bumi Resources./bumiresources.com

Bisnis.com, JAKARTA — Emiten batu bara PT Bumi Resources Tbk. (BUMI) mengharapkan pendapatan dari penjualan batu bara sepanjang 2022 dapat naik signifikan jika dibandingkan dengan torehan tahun lalu.

Corporate Secretary sekaligus Direktur BUMI Dileep Srivastava mengatakan, perseroan masih bertumpu pada harga batu bara yang relatif masih tertahan tinggi kendati harga batu bara acuan (HBA) Desember 2022 menunjukkan tren penurunan.

“Kami mengharapkan pendapatan pada 2022 dapat naik signifikan dibandingkan dengan torehan 2021 lantaran harga batu bara yang masih tinggi,” kata Dileep saat dihubungi, Jumat (2/12/2022).

Adapun, BUMI menargetkan dapat menahan produksi batu bara di kisaran 70 ton hingga 75 ton hingga akhir 2022. Proyeksi itu relatif turun jika dibandingkan dengan torehan sepanjang 2021 yang sempat mencapai 78 ton.

“Kami menargetkan produksi pada 2022 berada di kisaran 70 ton hingga 75 ton,” kata dia.

Seperti diberitakan sebelumnya, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menetapkan HBA Desember 2022 di angka US$281,48 per ton atau turun 8,67 persen dari posisi bulan sebelumnya sebesar US$308,2 per ton.

Penurunan ini disebabkan karena India berencana untuk menurunkan kapasitas pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) mereka. Selain itu, kebijakan China dalam pengendalian Covid-19 turut berdampak terhadap penurunan permintaan batu bara yang signifikan hingga akhir tahun ini.

"Rencana India untuk menurunkan kapasitas PLTU dan penurunan permintaan batu bara China akibat kebijakan zero covid menyebabkan penurunan HBA bulan ini," kata Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik dan Kerja Sama (KLIK) Kementerian ESDM Agung Pribadi melalui siaran pers, Jumat (2/12/2022).

Adapun, pergerakan HBA sejak awal 2022 sempat menyentuh nilai tertinggi di level US$330,97 per ton pada Oktober lalu. Faktor geopolitik Eropa imbas konflik Rusia - Ukraina menyebabkan fluktuasi harga gas Eropa saat itu.

Di sisi lain, Agung mengatakan, produksi batu bara China yang mengalami peningkatan diimbangi dengan perlambatan perekonomian domestik menjadi faktor lain menurunnya HBA bulan ini.

HBA merupakan harga yang diperoleh dari rata-rata indeks Indonesia Coal Index (ICI), Newcastle Export Index (NEX), Globalcoal Newcastle Index (GCNC), dan Platt's 5900 pada bulan sebelumnya, dengan kualitas yang disetarakan pada kalori 6322 kcal/kg GAR, total moisture 8 persen, total sulphur 0,8 persen, dan ash 15 persen.

Nantinya, harga ini akan digunakan secara langsung dalam jual beli komoditas batu bara (spot) selama 1 bulan pada titik serah penjualan secara free on board di atas kapal pengangkut (FOB vessel).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper