Bisnis.com, JAKARTA - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan menyampaikan kondisi ekonomi dalam negeri diperkirakan akan menghadapi sejumlah tantangan, khususnya ancaman resesi di kawasan Eropa.
Luhut dalam Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Investasi Tahun 2022, di Jakarta, Rabu (30/11/2022) mengungkapkan, tantangan-tantangan tersebut salah satunya datang dari pengetatan kebijakan moneter yang dilakukan oleh sejumlah bank sentral, seperti AS dan Eropa.
“Kalau kita lihat, di Eropa hampir pasti resesi 100 persen, Amerika 65 persen. Mereka akan menaikkan suku bunga, dan akan berdampak pada kita. Suka tidak suka. Jadi tekanan yang diberikan untuk memperbaiki ekonomi mereka, itu juga berdampak pada ekonomi kita,” kata Luhut, Rabu (30/11/2022).
Dia menuturkan, tekanan tersebut cukup kuat sehingga berdampak langsung terhadap sumber pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Pertama, konsumsi rumah tangga. Luhut mengatakan, dampak pemulihan konsumsi pasca relaksasi Covid-19 akan berkurang dan konsumsi akan mendapatkan tekanan akibat naiknya suku bunga. Kendati demikian, konsumsi akan didorong oleh siklus satu tahun sebelum pandemi.
Kedua, konsumsi pemerintah. Sebagaimana diketahui, konsumsi pemerintah diprediksi bakal mengalami tekanan seiring dengan kembalinya defisit ke 3 persen PDB. Menurut dia, belanja pemerintah perlu didorong dan dioptimalkan ke arah belanja yang bersifat produktif dan memiliki multiplier efek yang tinggi.
Baca Juga
Selanjutnya adalah investasi. Naiknya suku bunga tentu akan membuat investasi dalam negeri tertekan. Untuk itu, kata dia, peningkatan investasi harus didorong oleh peningkatan PMA (penanaman modal asing), dengan memastikan percepatan proyek-proyek yang sudah masuk dalam pipeline. Investasi didorong melalui percepatan penyelesaian berbagai proyek strategis nasional.
Terakhir, ekspor dan impor. Seiring dengan pelemahan ekonomi dunia dan turunnya harga komoditas unggulan Indonesia, ekspor dari komoditas juga akan menurun, sementara impor akan meningkat seiring dengan keberlanjutan pemulihan ekonomi domestik.
“Untuk memastikan ekspor tetap tinggi dan defisit neraca transaksi berjalan tetap terjaga, ekspor dari sektor manufaktur, termasuk hilirisasi harus ditingkatkan,” pungkasnya.