Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Survei BI: Inflasi Pekan Keempat November 2022 Capai 0,18 Persen

Komoditas utama penyumbang inflasi November 2022 hingga pekan keempat, yaitu telur ayam ras dan tomat, masing-masing sebesar 0,03 persen mtm.
Ilustrasi inflasi/Freepik
Ilustrasi inflasi/Freepik

Bisnis.com, JAKARTA – Bank Indonesia (BI) memperkirakan inflasi hingga pekan keempat November 2022 sebesar 0,18 persen secara bulanan (month-to-month/mtm).

“Berdasarkan Survei Pemantauan Harga pada minggu IV November 2022, perkembangan harga sampai dengan minggu ke empat November 2022 diperkirakan terjadi inflasi sebesar 0,18 persen mtm,” kata Kepala Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono melalui keterangan resminya, dikutip Sabtu (26/11/2022).

Erwin menjelaskan, komoditas utama penyumbang inflasi November 2022 hingga pekan keempat, yaitu telur ayam ras dan tomat, masing-masing sebesar 0,03 persen mtm.

Di samping itu, komoditas lainnya yang menyumbang inflasi, antara lain daging ayam ras, air kemasan, emas perhiasan, dan rokok kretek filter masing-masing sebesar 0,02 persen mtm. Kemudian, tempe, jeruk, sawi hijau, tahu mentah, beras, dan minyak goreng masing-masing sebesar 0,01 persen mtm.  

Sementara itu, sejumlah komoditas yang menyumbang deflasi, yaitu cabai merah sebesar -0,09 persen mtm, cabai rawit sebesar -0,03 persen mtm, serta bawang putih, dan angkutan udara masing-masing sebesar -0,01 persen mtm.

Adapun, pada Oktober 2022, tingkat inflasi tercatat sebesar 5,71 persen secara tahunan (year-on-year/yoy), masih di atas sasaran BI sebesar 2–4 persen. 

Jika diperinci, inflasi kelompok harga bergejolak atau volatile food turun menjadi 7,19 persen yoy, sementara inflasi komponen harga yang diatur pemerintah atau administered prices tercatat sebesar 13,28 persen yoy.

BI memandang masih perlunya penguatan koordinasi untuk memitigasi dampak lanjutan dari penyesuaian harga BBM dan tarif angkutan agar lebih rendah. 

Sementara itu, inflasi inti tercatat sebesar 3,31 persen yoy, lebih tinggi dari bulan sebelumnya, sebagai dampak rambatan dari penyesuaian harga BBM dan meningkatnya ekspektasi inflasi.

BI menyatakan akan memperkuat respons kebijakan moneter untuk menurunkan ekspektasi inflasi yang saat ini masih tinggi dan memastikan inflasi inti kembali ke sasaran 2—4 persen lebih awal, yaitu pada semester pertama 2023.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper