Bisnis.com, JAKARTA — Konsumsi masyarakat diproyeksi tumbuh lebih kuat pada tahun depan, melampaui level prapandemi Covid-19, meski masih berpotensi mengalami perlambatan akibat tekanan ekonomi global.
Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics atau CORE Indonesia Mohammad Faisal mengatakan jika melihat tren sepanjang tahun ini, dampak dari pandemi Covid-19 semakin minim terhadap aktivitas perekonomian.
“Untuk 2023, kami proyeksikan konsumsi swasta akan melampaui level prapandemi, walaupun pertumbuhannya lebih lambat karena tekanan global,” katanya dalam acara CORE Economic Outlook 2023, Rabu (23/11/2022).
Faisal mengatakan, konsumsi rumah tangga dalam dua kuartal terakhir pun terlihat semakin menguat. Salah satu indikator yang mencerminkan penguatan tersebut adalah indeks penjualan riil yang telah hampir menyamai level pra pandemi pada kuartal III/2022.
Kinerja penjualan eceran, lanjutnya, bahkan diproyeksikan akan meningkat hingga ke level sebelum pandemi Covid-19 pada kuartal IV/2022 ini.
“Kalau kita lihat dari penjualan ritel, terutama minimarket tumbuh sangat tinggi sekali pada tahun ini, walaupun penjualan riil masih ada yang kontraksi, terutama yang bukan basic needs, misalnya perlengkapan rumah tangga dan penjualan alat informasi dan komunikasi,” jelasnya.
Di sisi lain, Faisal mengatakan laju inflasi yang tinggi pada tahun ini, yang diperkirakan mencapai kisaran 5,7 hingga 6 persen pun, tidak berdampak signifikan pada konsumsi masyarakat secara agregat.
“Kenaikan harga ini jelas menggerus daya beli masyarakat kalangan bawah, tapi kalau kita lihat dampaknya ke konsumsi swasta, secara agregat tidak terlalu banyak mengganggu,” katanya.
Lebih lanjut, Faisal mengatakan, belanja politik pada 2023, menjelang tahun politik 2024, juga akan mendorong konsumsi masyarakat.
“Belanja untuk menjelang Pemilihan Presiden, Legislatif, dan Kepala Daerah akan mempengaruhi terutama ke konsumsi LNPRT [lembaga non-profit yang melayani rumah tangga]. Setiap tahun politik, biasanya naik meski kontribusinya kecil ke konsumsi swasta,” tutur Faisal.
Dia menambahkan, untuk konsumsi rumah tangga, juga terdapat faktor penghambat, yaitu diskon Pajak Penjualan Atas Barang Mewah (PPnBM) untuk pembelian mobil yang tidak dilanjutkan tahun depan. Pasalnya, selama 2 tahun ini, penjualan kendaraan bermotor tercatat meningkat tinggi dengan adanya insentif tersebut.