Bisnis.com, JAKARTA - Perusahaan teknologi logistik dan pergudangan, Shipper, mengungkapkan strategi menghadapi ancaman dampak resesi global pada 2023. Perusahaan rintisan tersebut menyebut bahwa elektrifikasi armada pengantaran barang hingga efisiensi menjadi kunci untuk menghadapi tantangan tahun depan.
Co-Founder dan Chief Operating Officer (COO) Shipper Budi Handoko mengatakan, dampak ancaman global sudah mulai dirasakan di Indonesia pada 2022. Contoh teranyar, yakni penaikan ongkos operasional yang dipicu oleh kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM).
"Kalau kita lihat sekarang, sudah kelihatan ongkos bertambah, misalnya biaya bensin bertambah. Kemudian gaji-gaji [karyawan] mulai bertambah juga," ujarnya di Jakarta, dikutip Jumat (11/11/2022).
Untuk itu, perusahaan jasa logistik dan pergudangan tersebut menyiapkan tiga strategi guna menghadapi risiko yang berpotensi terjadi pada tahun depan. Pertama, perusahaan akan melakukan transisi ke green energy dengan menggunakan armada pengantaran barang berbasis energi listrik.
Budi mengatakan bahwa saat ini sudah ada 20 unit motor listrik yang digunakan oleh Shipper untuk pengiriman barang. Pada tahun depan, Shipper akan mulai mendorong elektrifikasi seluruh armada yang dimiliki.
"Tentu saja tahun depan kami targetkan diganti semua [dengan kendaraan berbasis listrik]. Sekarang kami uji coba dulu sebenarnya secara biaya efisien atau tidak," tuturnya.
Baca Juga
Kedua, optimalisasi rute-rute penjemputan barang atau paket ke pelanggan. Budi menyebut, perusahaan akan fokus pada rute-rute pengiriman barang yang paling menguntungkan sehingga bisa menghemat biaya operasional.
Ketiga, efisiensi biaya operasi khususnya pada gudang-gudang (warehouse) yang dimiliki perusahaan. Pada 2023, Shipper akan lebih mengoptimalkan 300 gudang yang saat ini dimiliki.
Perusahaan tidak akan menambah gudang, tetapi akan mengombinasikan gudang-gudang yang ada guna menghindari adanya ruangan yang tidak digunakan. Kini, Shipper memiliki sekitar 300 gudang dengan luas beragam mulai dari 100 meter persegi hingga 8.000 meter persegi.
"Kami pastikan seluruh space diutilisasi semua agar gimana caranya cost-cost yang tidak dibutuhkan bisa dikecilkan. Misalnya, sesederhana cost listrik, internet, itu akan kami optimalkan," terangnya.
Pada akhir tahun ini, Budi memprediksi pertumbuhan kinerja pengiriman barang akan lebih tinggi dari bulan-bulan sebelumnya berkat high-season seperti libur Natal dan tahun baru. Pertumbuhan, lanjutnya, bisa mencapai 30-50 persen lebih tinggi dari bulan-bulan sebelumnya.
"Kalau target kita selalu bertumbuh 2 kali dari tahun sebelumnya. Jadi 2022 kemungkinan besar kami bisa capai [target] itu," tutupnya.