Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Erick Thohir: Indonesia seperti China Tahun 80-an, Bisa Jadi Pusat Pertumbuhan Dunia

Menteri BUMN Erick Thohir menyebut peluang Indonesia ke depan menjadi pusat pertumbuhan ekonomi dunia seperti China.
Menteri BUMN Erick Thohir menyebut peluang Indonesia ke depan menjadi pusat pertumbuhan ekonomi dunia seperti China. /Bisnis-Ni Luh Anggela
Menteri BUMN Erick Thohir menyebut peluang Indonesia ke depan menjadi pusat pertumbuhan ekonomi dunia seperti China. /Bisnis-Ni Luh Anggela

Bisnis.com, JAKARTA - Menteri BUMN Erick Thohir mengungkapkan Indonesia saat ini dipandang dunia layaknya China pada era 80-an, sehingga perlu berbenah dan menjadi pusat pertumbuhan dunia.

Menurutnya, di tengah badai sempurna pasca pandemi dan gangguan rantai pasok karena peperangan Ukraina-Rusia, Indonesia masih memiliki kekuatan bertahan.

"Kita harus percaya kekuatan kita, harus bisa lebih mandiri, tetapi sekaligus menjadi bagian juga rantai pasok dunia. Indonesia saat ini dilihat sebagaimana China pada 1980-an, Indonesia harusnya ke depan jadi pusat pertumbuhan ekonomi dunia," terangnya dalam acara Satu Festival, Digital Imperative Do More With Less, Kamis (10/11/2022).

Indonesia lanjutnya, diproyeksi bakal tumbuh 5 persen setiap tahunnya hingga 2045 dan keluar dari negara kelas menengah dengan jumlah pentutuk dari 273,9 juta menjadi 318,9 juta.

Saat ini dunia menghadapi dua badai besar, pemulihan Covid-19 setelah 3 tahun dalam bayang-bayang Covid-19, dilanjutkan dengan perang antara Rusia-Ukraina yang mengganggu rantai pasok pangan dan energi.

"Ini perfect storm, badai sempurna, di tengah badai ini dengan data yang ada, kita punya potensi luar biasa. Indo punya dua kekuatan luar biasa, satu namanya sumber daya alam, kedua namanya pasar," tambahnya.

Selama ini, Indonesia tidak sadar pentingnya melakukan industrialisasi keduanya. Dengan begitu, pertumbuhan ekonominya menjadi lebih berkelanjutan.

Dari potensi tersebut, terdapat 4 sektor sumber pertumbuhan ekonomi baru yang tengah disiapkan oleh Indonesia. Pertama, hilirisasi dan industrialisasi sumber daya alam, seperti nikel menjadi baterai kendaraan listrik.

Hal ini yang membuat BUMN turut gencar dalam aktivitas hilirisasi melalui PLN, Pertamina, dan Mind.ID serta anak-anak usahanya seperti PTBA, Freeport Indonesia dan Antam.

Kedua, pengamanan pangan Indonesia dan dunia seiring dengan potensi wilayah Indonesia yang 75 persen laut. Industrialisasi pangan di Indonesia baru 5 persen, sehingga masih memiliki potensi luar biasa karena rantai pasok makanan sedang terganggu. Ini juga alasan pengembangan lebih cepat holding perkebunan melalui PTPN III dan holding pangan melalui ID Food.

Ketiga, ekonomi digital, potensi ekonomi digital Indonesia mencapai Rp4.500 triliun pada 2030 dan menjadi yang terbesar di Asia Tenggara. Ekonomi digital ini jika tidak didukung infrastruktur yang disiapkan BUMN akan percuma saja.

Telkom lanjutnya ditransformasi guna memfasilitasi potensi pertumbuhan ekonomi tersebut. Pengembangan Telkom fokus BtoB dan Telkomsel BtoC dengan menjadi infrastruktur penunjang pertumbuhan ekonomi digital tersebut.

Keempat, industri kreatif, industri kreatif Indonesia menurutnya luar biasa, kalau bicara kuliner saja nilainya Rp451 triliun, fesyen masih lebih rendah Rp187 triliun dari potensi merk lokal.

BUMN pun didorong dengan mengembangkan potensi pariwisata dengan adanya In Journey holding pariwisata yang mengembangkan sejumlah pariwisata baru terutama bagi turis dalam negeri.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper