Bisnis.com, JAKARTA -Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan risiko utang akan lebih terkendali. Dia memprediksi defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2022 bakal lebih rendah dari target yang ditetapkan Perpres Nomor 98/2022.
Adapun, pemerintah sebelumnya memperkirakan defisit APBN akan berada di level 3,9 persen. Menurutnya, posisi APBN per September 2022 secara keseluruhan masih dalam posisi surplus yakni mencapai Rp60,9 triliun atau 0,33 persen dari PDB.
Dari sisi keseimbangan primer, surplus tercatat mencapai Rp339,4 triliun. Kinerja yang positif tersebut, disumbang oleh realisasi pendapatan negara dan hibah sebesar Rp1.974,7 triliun atau 87,1 persen dari target yang tercantum di dalam Perpres Nomor 98/2022.
Dengan perkembangan APBN yang positif, Sri Mulyani optimistis defisit APBN akan lebih rendah dari target yang tercantum dalam Perpres Nomor 98/2022.
“Dengan demikian, risiko utang akan lebih terkendali dan keberlanjutan fiskal dalam jangka menengah akan terus dapat dijaga,” kata Sri Mulyani dalam Konferensi Pers Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK), Kamis (3/11/2022).
Untuk itu, pemerintah akan terus meningkatkan peranan APBN sebagai shock absorber. Sebab, berbagai guncangan yang berasal dari ekonomi global diperkirakan masih terus berlangsung.
“Ini akan dilakukan tetap dengan secara hati-hati dan tepat sasaran karena ketidakpastian global masih akan terus berjalan,” pungkasnya.
Sebagai informasi, utang pemerintah tembus Rp7.420,47 triliun per 30 September 2022, naik Rp183,87 triliun hanya dalam satu bulan. Pemerintah mencatatkan utang senilai Rp7.236,6 triliun pada Agustus 2022. Jumlahnya naik 2,54 persen menjadi Rp7.420,47 triliun pada September 2022.
Dengan total utang pemerintah itu, maka rasio utang terhadap produk domestik bruto (PDB) atau debt to GDP ratio per September 2022 menjadi 39,3 persen. Angkanya naik dari posisi Agustus 2022 yakni 38,3 persen, sejalan dengan penambahan nominal utang.