Bisnis, JAKARTA - Sinyal waspada pada kesehatan fiskal negara mulai menyala seiring dengan rasio utang pemerintah yang kembali menanjak dalam 2 bulan berturut-turut sejak Juni.
Kondisi itu meningkatkan kekhawatiran terhadap kemampuan negara dalam membayar utang, termasuk pokok dan bunganya, di tengah kondisi krisis ekonomi yang terjadi di berbagai belahan dunia.
Selain informasi mengenai kenaikan rasio utang, terdapat pula berita komprehensif yang menjadi pilihan redaksi BisnisIndonesia.id pada Kamis (27/10/2022), di antaranya adalah:
1. Hati-hati, Rasio Utang RI Kembali Melesat
Rasio utang terhadap produk domestik bruto (PDB) atau debt to GDP ratio per September 2022 menjadi 39,3 persen. Angka tersebut naik dari posisi Agustus 2022 yakni 38,3 persen dan 37,91 persen pada Juli 2022.
Kenaikan rasio terjadi seiring dengan utang negara yang meningkat 2,54 persen menjadi Rp7.420,47 triliun pada September 2022 dibandingkan dengan sebulan sebelumnya sebesar Rp7.236,6 triliun.
Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan kondisi ekonomi global yang tertekan akibat perang di Ukraina yang memicu krisis energi, krisis pangan, dan inflasi yang merata di dunia, telah membuat setidaknya 60 negara mengalami kesulitan utang.
2. Titik Kritis Cadangan Beras RI dan Buruknya Kinerja Bulog
Cadangan beras pemerintah berada pada titik kritis setelah Perum Bulog hanya menyimpan stok 600.000 ton pada Oktober 2022. Jumlah ini akan terus merosot di akhir tahun bila tak ada aksi nyata pemerintah.
Badan Pangan Nasional (Bapanas) mencatat stok cadangan beras pemerintah (CBP) di Perum Bulog pada Oktober 2022 hanya 673.613 ton, angka terendah sepanjang tahun ini. Jumlah tersebut hanya setengah dari stok aman yang ditetapkan pemerintah yakni 1,2 juta ton.
Pun demikian, laman resmi Bulog yang diakses pada 26 Oktober mencatat stok beras berada di level 780.616 ton.
Dari capaian ini, target pemerintah untuk memiliki CBP sebesar 1,2 juta ton pada Desember berpotensi tidak tercapai. Terlebih, pengadaan beras pada dua bulan terakhir tipis, sehingga proyeksi Bapanas stok beras Bulog berada di bawah 500.000 ton pada akhir tahun nanti.
3. Laju Pemulihan Bisnis PTPP Berbekal Kontrak Baru Proyek IKN
Berbekal kontrak-kontrak baru dari proyek Ibu Kota Negara (IKN), PT PP (Persero) Tbk. merajut asa peningkatan kinerja di tengah ancaman kenaikan suku bunga yang berpotensi meningkatkan tekanan beban keuangan perseroan.
Emiten berkode saham PTPP ini memenangkan dua tender baru proyek IKN Nusantara dengan total nilai Rp2,9 triliun. Jika ditambahkan dengan 4 proyek IKN yang sudah dimenangkan sebelumnya membuat PTPP mengoleksi nilai kontrak baru Rp4,37 triliun hanya dari proyek IKN saja.
PTPP memenangkan tender pembangunan bangunan Gedung Istana Negara dan Lapangan Upacara pada Kawasan Istana Kepresidenan di IKN Nusantara dimenangkan PTPP dengan nilai penawaran Rp1,34 triliun.
4. Hari Listrik Nasional : Gulita Malam di Ujung Desa Plaosan
Indonesia telah memproklamasikan kemerdekaan pada 1945. Pada tahun itu pula dibentuklah Djawatan Listrik. Namun, setelah 77 tahun berlalu, belum semua warga bisa menikmati pijar lampu listrik, termasuk di ujung desa Plaosan, Krucil, Probolinggo.
Sebagian besar warga Plaosan bermata pencaharian sebagai petani, berladang, dan berkebun. "Aktivitas hanya siang hari, kalau malam gelap," kata Tosan. Hingga saat ini, Plaosan belum terjamah jaringan setrum PLN. Warga berupaya menghadirkan listrik secara mandiri dengan kincir air sederhana namun hasilnya pun masih sangat terbatas.
Untuk meningkatkan akses energi listrik bagi warga masyarakat, PT Paiton Energy (PE) – PT Paiton Operation & Maintenance Indonesia (POMI) menghadirkan pembangkit listrik tenaga mikro hidro (PLTMH) yang merupakan bagian dari program Rumah Belajar Energi.
5. Bunga Acuan Makin Tinggi, Bank Digital Genjot Dana Murah
Kalangan perbankan digital mulai mempersiapkan strategi dalam menghadapi tantangan kenaikan suku bunga acuan yang tak terhindarkan. Kelompok bank ini dinilai lebih rentan terhadap dampak kenaikan suku bunga acuan ketimbang bank-bank besar yang likuiditasnya berlimpah.
Naiknya suku bunga acuan akan menyebabkan suku bunga simpanan di bank-bank besar pun perlahan akan meningkat. Di sisi lain, kondisi ekonomi yang tidak menentu bakal mendorong masyarakat untuk memprioritaskan keamanan, ketimbang mengincar bunga simpanan yang tinggi.
Hal ini dapat menyebabkan beralihnya dana masyarakat dari aset-aset berisiko, termasuk dari bank-bank digital, menuju bank-bank besar yang secara fundamental lebih kuat. Dalam kondisi ini, rayuan ala bank digital, seperti tingkat bunga promo yang tinggi, akan mulai kehilangan tuah.