Bisnis.com, JAKARTA — Berbagai inisiatif penanganan krisis pangan global oleh lembaga dan organisasi internasional terus berjalan, dan dalam forum G20 tercatat bahwa dana yang terkumpul dalam upaya itu mencapai US$60,5 miliar atau setara dengan Rp93,6 triliun (dengan kurs Rp15.473 per dolar AS).
Isu krisis pangan menjadi salah satu pembahasan dalam pertemuan para menteri keuangan dan menteri pertanian G20 (The G20 Joint Finance and Agriculture Ministers Meeting). Pertemuan itu berlangsung di Washington D.C. pada pekan lalu. Indonesia menjadi pemimpin pertemuan selaku presidensi G20 tahun ini.
Negara-negara G20 menyampaikan respons positif atas berbagai inisiatif penanganan krisis pangan global yang berlangsung sejauh ini. Dalam forum itu, G20 merinci berbagai inisiatif dan menemukan bahwa total dana dalam penanganan krisis pangan global mencapai US$60,5 miliar.
Inisiatif itu di antaranya mencakup program tanggap keamanan pangan senilai US$30 miliar dan platform global untuk intervensi sektor swasta senilai US$6 miliar, keduanya dari World Bank Group's. Terdapat pula inisiatif Food Shock Window dari International Monetary Fund (IMF).
Terdapat inisiatif US$14 miliar penanganan kerawanan pangan dari Asian Development Bank (ADB), lalu US$10,5 miliar dari program respons ketahanan pangan Islamic Development Bank (IDB). Sehingga total yang tercatat berkisar US$60,5 miliar.
"Beberapa menyatakan dukungan mereka dalam potensi penghentian pembayaran utang jika sesuai, di bawah naungan G20 Comon Framework for Debt Treatment," tertulis dalam rangkuman pertemuan The G20 Joint Finance and Agriculture Ministers Meeting, dikutip pada Selasa (18/10/2022).
Anggota-anggota lainnya di G20 menekankan perlunya mempertimbangkan keadaan suatu negara ketika melakukan penilaian inisiatif pengurangan utang. Dalam pertemuan itu, banyak anggota yang melaporkan inisiatif pengurangan utang.
Secara umum, negara-negara G20 menyepakati perlu adanya tindakan segera dalam mengatasi krisis pangan global. Indonesia selaku presidensi G20 pun mendorong agar isu itu bisa menjadi pembahasan utama dan menghasilkan langkah nyata bagi seluruh negara.
"Presidensi menyoroti bahwa dunia sedang menunggu G20 untuk memberikan tindakan nyata pada masalah kritis ini, dan merupakan tanggung jawab anggota G20 untuk menunjukkan bahwa G20 dapat merespons krisis saat ini secara efektif melalui tindakan multilateral yang terkoordinasi," tertulis dalam rangkuman pertemuan.