Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Gas Tidak Stabil, Pengrajin Kaca Tiup Minta Pemerintah Beri Solusi 

Ssalah satu pengrajin kaca tiup di Ubud, Gianyar menyampaikan harga gas LPG 50 kg yang digunakan dalam pembuatan kaca tiup tidak stabil.
Kerajinan kaca tiup di St. Factory Blowing Glass, Ubud, Gianyar yang membutuhkan pasokan gas LPG. Bisnis-Ni Luh Anggela
Kerajinan kaca tiup di St. Factory Blowing Glass, Ubud, Gianyar yang membutuhkan pasokan gas LPG. Bisnis-Ni Luh Anggela

Bisnis.com, GIANYAR - Pengrajin kaca tiup saat ini tengah kebingungan mencari alternatif pengganti gas LPG akibat harga gas yang tidak pasti serta mencuatnya kabar terkait gas yang bakal dihapus.

I Gede Rediawan, 39 tahun, salah satu pengrajin kaca tiup di Ubud, Gianyar menyampaikan harga gas LPG 50 kg yang digunakan dalam pembuatan kaca tiup tidak pasti.

Per hari ini, Kamis (13/10/2022), ujar Gede, harga LPG 50 kg turun menjadi Rp820.000 per tabung setelah beberapa hari sebelumnya harga LPG 50 kg sempat dipatok di kisaran Rp860.000 per tabung.

Harga yang tidak pasti tersebut membuat para pengrajin merasa keberatan. Apalagi, untuk menyalakan satu tungku, mereka menghabiskan sekitar 3-4  tabung gas per hari.

Sementara, Gede menyebutkan bahwa mereka sering menggunakan 3 tungku untuk memproduksi kaca tiup. Itu artinya, mereka membutuhkan 11-12 tabung per harinya untuk melakukan produksi.

"Kami sebagai pengrajin di sini merasa terlalu mahal," kata Gede saat dihubungi Bisnis, Kamis (13/10/2022).

Harga gas yang tidak stabil tersebut juga membuat para pengrajin kebingungan untuk menentukan harga jual.

Di sisi lain, pihaknya juga mendapatkan informasi yang beredar terkait rencana gas LPG  yang akan dihapus pada 2024 mendatang. Pemilik St. Factory Blowing Glass itu mengatakan, informasi diperoleh dari YouTube dan media sosial.

Kabar tersebut tentu semakin membuat pengrajin kebingungan sehingga mereka meminta bantuan untuk dicarikan solusi pengganti gas, jika ternyata gas akan dihapus pada 2024.

"Kita nggak ada [alternatif pengganti gas]. Kalau saya lihat di YouTube itu bisa pakai pelet kayu sama pakai listrik. Kita mau cari rekan teknisi, tolong berikan kalau ada teknisi, biar kami tidak berhenti," ujarnya.

Sebagai informasi, kaca tiup yang diproduksi Gede bersama rekan-rekannya tersebut memanfaatkan kaca maupun botol bekas, serta kayu bekas yang diolah menjadi produk-produk kerajinan seperti akuarium mini, vas bunga, serta kerajinan lainnya. Pemanfaatan kaca bekas ini bertujuan untuk mengurangi limbah lantaran sampah kaca sulit untuk terurai di tanah.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper